Chapter 27

2.3K 171 81
                                        

Sekitar pukul tujuh pagi, bel apartemen Mingyu berbunyi. Tanpa berpikir panjang, ia langsung membuka pintu itu seraya memanggil nama Wonwoo. Akan tetapi, yang ada di hadapannya saat ini ada kekasihnya, Jihoon yang terlihat resah, tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Mingyu pun akhirnya memilih untuk membawa Jihoon masuk terlebih dahulu.

Kini keduanya duduk berhadapan dengan Mingyu yang berada di atas kasurnya dan Jihoon yang duduk di kursi yang diposisikan di hadapan Mingyu. Penampilan keduanya terlihat sama-sama kacau dengan rambut yang acak-acakan, kantung mata tebal, dan wajah suram.

"Gyu, kita berenti di sini aja, ya? Aku beneran ga yakin bisa lanjut lagi."

Mingyu hanya diam, namun Jihoon melihat jika tidak ada keterkejutan atau rasa ingin mempertahankan hubungan mereka itu dari wajah Mingyu. Justru, Jihoon sempat menangkap Mingyu menghela napas lega, walau hal itu tidak dilakukan secara terang-terangan oleh Mingyu. Namun, sedetik kemudian, wajah Mingyu kembali serius.

"Tapi kenapa tiba-tiba? Semalem bukannya kamu masih kukuh ga mau ngakhirin ini? Ayahmu gimana?"

"Ya... tak kira aku masih bisa terus ngehindar, tapi rasa e mending aku coba berjuang lagi. Aku ga mau kedepannya aku bakal bilang kalau we really do not know what we've got till it's gone."

Mingyu mengangguk. "Okay, then. No hard feeling ya brarti?"

Jihoon juga mengangguk. Setelah itu, Jihoon baru tersadar jika tidak ada Wonwoo dalam ruangan itu. "Wonwoo mana? Dari semalem ga bisa dihubungin."

"Dia bilang nginep di tempat Junhui sama Soonyoung."

Jihoon memandangi Mingyu karena keduanya saat ini merasakan hal yang sama. Tidak tenang karena tak mendapat kabar dari orang yang dinanti.

"Kita susul ke apart Soonie aja ta?"

Keduanya pun bergegas untuk keluar dari apartemen Mingyu dan membawa langkah mereka pada unit apartemen Soonyoung dan Junhui. Ketika mereka membunyikan bel untuk pertama kali dan menunggu, tak ada yang membukakan pintunya. Jadi, mereka berasumsi bahwa semuanya masih tidur. Oleh karena itu, mereka mencoba menekan belnya beberapa kali lagi.

Akhirnya, pintu terbuka, menampakkan Junhui yang tidak mengenakan atasan dan hanya mengenakan boxernya saja. Wajah Junhui yang terlihat sangat mengantuk dan kacau, seketika berubah seratus delapan puluh derajat. Melihat ekspresi Junhui yang seketika panik, Mingyu mendorong yang lebih muda dan segera masuk ke unit apartemen itu, diikuti Jihoon di belakangnya.

Ketika mendapati keadaan ruangan yang kacau dan kondisi Soonyoung dan Wonwoo yang juga tidak tertutupi oleh kaos membuat darah Mingyu seketika mendidih. "JEON WONWOO!" Ucap Mingyu yang sudah sangat jelas sedang marah besar.

Wonwoo dan Soonyoung seketika terbangun dan rasa kantuk mereka seketika hilang saat melihat kehadiran Mingyu dan Jihoon di ruangan itu. Junhui pun telah ikut bergabung setelah menutup pintunya agar tak menimbulkan kegaduhan pada penyewa apartemen lainnya.

"Jeon Wonwoo, jelasin apa maksud semua ini, hah?"

Wonwoo perlahan bangkit dari kasurnya, namun ia tersungkur karena bagian belakangnya terasa begitu sakit. Soonyoung yang berada tepat di sampingnya tidak bergerak untuk menolong karena ia dalam keadaan tanpa busana, jadi ia tetap diam di tempatnya. Sementara itu, Junhui segera mengambil selimut dari kasurnya dan melilitkannya pada tubuh Wonwoo, lalu membantu pacarnya itu untuk berdiri.

Jihoon yang sedari tadi masih membeku karena syok berat, akhirnya mendekati Wonwoo dengan langkah lebar dan langsung menampar pipi pemuda itu.

"Selama ini aku slalu crita ke kamu lak aku sek sayang Soonie, tapi ternyata selama ini kamu ngeseks mbe Soon?" Jihoon menatap tak percaya pada orang yang selama setahun terakhir telah menjadi tempatnya berkeluh kesah, dan bahkan dianggap sahabatnya sendiri. "Jujur, selama iki kamu pasti ngetawano aku kan? Anjing kon, Won! Sumpah, njijiki tau ga seh?"

(LN: mbe = sama)

Wonwoo tak membalas perkataan Jihoon dan setelahnya, justru tamparan dari Jihoon lagi lah yang menghampirinya. "Nyesel aku pernah percaya mbe kon." Dengan kalimat itu, Jihoon keluar dari ruang apartemen itu, menyisakan atmosfer yang sangat mencekam.

Soonyoung sempat ingin mengejar Jihoon, namun berhubung ia dalam kondisi tanpa busana, akhirnya dia mengurungkan niatnya. Ia justru menatap Wonwoo dan mendorongnya.

Junhui terkejut dengan perlakuan teman sekamarnya itu dan refleks yang ia miliki adalah untuk menolong Wonwoo. Namun pada akhirnya, tak ada satu tangan pun yang membantu Wonwoo untuk berdiri kembali.

"Aslian, aku nyesel isa goblok. KON LAPO GA PERNAH NGOMONG JIHOON SEK SAYANG AKU, COK! Coba selama iki kon ngomong, aku ga usah tersiksa, asu! Selama iki tak kira kene saling bantu. Comfort apaan, cok. You've ruined everything, Won! Mari ngene, jok harap aku mau liat wajahmu maneh."

(LN: goblok = bodoh; lapo = kenapa; cok= umpatan; asu = anjing (biasa dipakai buat mengumpat); iki = ini; kene = kita; ngene = ini; jok = jangan; dan maneh = lagi)

Belum selesai menerima cacian dari Soonyoung, Mingyu ikut melontarkan pertanyaan pada Wonwoo, membuatnya merasa semakin tersudutkan. "Kakak beneran kecewa banget, Won. Kakak ga nyangka selama ini kamu main sama Soonyoung. Kakak gagal paham, apa sih yang ada nde otakmu? Kamu bilang kamu cinta sama kakak, tapi kamu malah pacaran sama Jun, terus kamu malah hubungan badan sama Soonyoung? Kakak ga tau harus gimana nde hadapan orang tuamu abis gini. Kakak uda dipasrahin buat jagain kamu, tapi kamu malah jadi jalang gini."

Air mata Wonwoo tak bisa ia bendung lagi. Semua perkataan tajam dari orang-orang yang selama ini disayanginya sungguh menyayat hatinya. Ia mencoba memberanikan diri untuk menatap Mingyu dan Soonyoung, dan hal yang ia temukan adalah tidak ada lagi respek dari mereka. Sorot mata yang selama ini masih memandangnya sebagai orang terkasih walau juga ada pertengkaran di antaranya, sekarang telah lenyap baik dari manik milik Soonyoung maupun Mingyu.

Wonwoo berbalik ke arah Junhui yang ada di belakangnya dan merintih, "Jun?" Akan tetapi, hati Wonwoo teriris ketika mendapati sorot mata yang tak jauh berbeda dari Soonyoung dan Mingyu terpancar dari mata Junhui. Ada amarah, kecewa, sedih, dan banyak emosi negatif lainnya.

Dengan keadaan yang masih duduk akibat tendangan dari Soonyoung tadi, Wonwoo mencoba membalik badannya untuk menghadap Junhui. Ia memeluk kaki Junhui erat selagi memohon maaf. Bahkan pemandangan di ruang apartemen itu saat ini terlihat lebih menyedihkan dibanding pemandangan ketika ada orang yang mengemis di jalanan.

Masih dengan cukup lembut, Junhui menarik kakinya dari pelukan Wonwoo. Ia tersenyum kecut. "At least, ku kira selama setaun ini kamu uda nyoba buat cintain aku, Won. Tapi kayanya memang aku cuma kamu jadiin alat buat panas-panasin Pak Mingyu, ya?"

"Ga-ga gitu, Jun," Wonwoo ingin melanjutkan kalimatnya, namun ia juga menyadari bahwa apa yang diungkapkan Junhui itu memang benar dan ia tak bisa menyangkalnya.

"Sorry banget, tapi bisa ga kamu segera keluar dari apartemen aku sama Soonyoung. Aku rasa, baik aku maupun Soon ga pengen ada kamu nde sekitar kita. Tolong cepetan ambil barangmu, terus keluar ya, Won. Dan buat hubungan kita selama setaun ini, anggep aja ga pernah ada."

Wonwoo menangis meraung-raung di sana, akan tetapi perkataan Soonyoung seperti mencekik pasokan udara yang diperlukannya.

"Ga usah nangis. Apa sing uda kon lakuno ke semua e, itu ga sebanding mbe sakit sing kok rasano sekarang. Kon nangis pun juga, ga bakal isa fix anything. Malahan, cuma bikin tambah stress. Jadi tolong cepetan pergi. Pastiin ga onok barang sing ketinggalan soal e I don't think kon bakal bisa nginjekin kaki nde unit iki lagi."

(LN: sing = yang; -no (lakuno dan rasano) = -kan; kok = kamu; dan onok = ada)

Wonwoo mencoba bangun, namun memang saat ini bagian belakang tubuhnya terasa sangat nyeri membuatnya susah untuk bangkit.

"CEPETAN, SIALAN! Kon pilih, keluar dewe atau tak seret."

(LN: dewe = sendiri)

Mingyu yang sedari tadi hanya berdiam diri karena berusaha menenangkan diri, akhirnya mulai turun tangan. Ia asal memasangkan baju Wonwoo, lalu membopong yang lebih muda dan berpamit secara asal pada kedua mahasiswanya itu.

Saat di lorong, Mingyu berbisik, "Mandi, abis gitu kita ngobrol."

Replaceable Protagonist (END) - minwon (meanie)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora