- p r o l o g -

1.3K 151 5
                                        

AMSTERDAM, 2019

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


AMSTERDAM, 2019

JOYCE menggenggam tangan mungil Josie yang tidak tertusuk jarum infus dan membawanya ke pipi. Kulit anak itu masih terasa dingin. Terakhir kali seorang perawat mengecek beberapa menit yang lalu, temperaturnya masih 35 derajat celcius dan tekanan darahnya masih rendah untuk anak seusianya. Sebuah humidifier yang terletak tidak jauh dari tempat tidur Josie menyemburkan uap yang membuat ruangan kamar inap tempat anak itu dirawat menjadi hangat—menjaga ruangan tersebut dari hawa musim dingin yang menyengat.

Perempuan itu menghela napas panjang. Ini bukan pertama kalinya Josie harus dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit karena terserang hiportemia ringan. Setiap kali guguran salju mulai menebal di pekarangan rumah mereka yang cukup luas, Josie tidak bisa menahan tarikan untuk bermain salju di luar sekalipun Joyce sudah melarang.

Malam lalu, saat Joyce sedang tidak memperhatikan karena sibuk di dapur membuat sup, Josie diam-diam menyelinap keluar dan bermain salju di pekarangan hanya mengenakan sweater rajutnya yang tidak seberapa tebal. Beruntung, Joyce segera menyadari kalau Josie sudah tidak ada lagi di depan perapian ruang tengah dan terburu-buru keluar untuk membawa anaknya yang sedang asyik membuat bola-bola salju untuk masuk kembali ke rumah.

Keesokan paginya, Josie mengeluh kalau dadanya terasa sakit dan berat. Dia juga menggigil seperti orang yang terserang demam. Kulitnya begitu dingin seakan-akan dia baru saja berendam di dalam air es. Dan detik itu juga Joyce langsung membawa Josie ke rumah sakit karena khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada anak perempuannya.

Josie begitu rentan terhadap cuaca dingin, namun hal tersebut tidak lantas membuatnya tidak menyukai salju. Ditambah lagi usianya saat ini yang baru saja menginjak angka lima—usia di mana rasa ingin tahu dan antusiasmenya sedang sangat berkembang. Tidak jarang hal-hal yang dilarang oleh Joyce justru malah dilakukan oleh Josie, salah satu contohnya adalah tidak boleh bermain di luar rumah tanpa pengawasan saat cuaca sedang begitu dingin. Bukan hanya sekali dua kali Josie melanggarnya sampai harus berakhir di rumah sakit karena indikasi hipotermia ringan seperti saat ini.

Pintu putih gading kamar rawat inap Josie dibuka perlahan, memunculkan sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan garis-garis wajah yang tampak menyenangkan berjalan santai memasuki ruangan. Begitu tiba di dekat Joyce, laki-laki itu kemudian berujar. "Irina ada di kafetaria lantai dasar. Dia minta kamu turun buat makan siang. Kamu belum makan apa-apa kan dari kemarin? Kamu turun aja, biar Josie aku yang jaga."

Joyce pelan-pelan meletakkan tangan Josie yang dia genggam sebelum kemudian sedikit menengadah untuk tersenyum pada kakak iparnya. "Makasih, Kak, tapi aku belum lapar. Aku mau di sini aja nungguin Josie, biar nanti kalau dia bangun dia nggak perlu nyariin aku."

Erlang mengusap pelan puncak kepala Joyce sambil menyelipkan senyum menenangkan. "Udah, kamu turun aja. Kamu harus tetap makan, Joyce. Jangan sampai nanti pas Josie udah sembuh, malah kamu yang jatuh sakit. Turun, gih. Aku nggak apa-apa kok gantiin sebentar buat jagain keponakanku."

GRAVITY (중력) | Jaehyun (재현) x Joy (조이)Where stories live. Discover now