EPILOG : Kami Jatuh Cinta

433 36 0
                                    

Kami jatuh cinta berharap mendapatkan akhir yang bahagia. Berharap bisa memulai semuanya dengan baik sampai akhir. Jika dua orang saling mencintai, mereka pasti bisa mengetahuinya, bukan?

Pada awalnya Jae mengira seperti itu, sayangnya tidak selalu demikian. Sayangnya terkadang dua orang harus berpisah dahulu untuk tahu bagaimana rasanya mencintai begitu dalam. Namun setelah perpisahan itu ada, walaupun menyakitkan dan sulit, Jae merasakan kenyataan indah setelahnya. Kenyataan bagaimana suatu hubungan terkadang bisa berubah jika pernah berpisah dan kehilangan. Jae sadar, sebenarnya yang membuat perpisahan semakin sulit ketika kedua orang itu masih saling mencintai tapi ego masih menguasai diri masing-masing, perasaan keras diri sendiri.

Berpisah dengan orang yang masih sangat kita cintai pasti bisa menjadi salah satu hal tersulit di dunia. Sungguh, sangat sulit.

Terkadang, kita baru menyadari betapa berarti seseorang ketika dia hilang, ketika dia tidak ada di samping kita. Kebiasaan yang selalu ada seakan lenyap di telan bumi menyisakan perasaan kosong dalam diri. Terkadang, kita harus kehilangan seseorang yang menurut kita bisa menjadi cinta dalam hidup untuk menyadari betapa berharganya seseorang tersebut dan baik Jae ataupun Kalea merasakan itu sekarang.

Jae melihatnya sekarang. Ketika Jae dan Kalea tidak bersama, Jae kira dirinya bisa kembali memikirkan dan mengenal orang baru setelah cukup lama berpisah kala itu, tapi ternyata Jae tidak pernah siap untuk sesuatu yang baru. Jae tidak siap bagaimana harus kembali memulai semua dari awal dengan seseorang dari semua orang di dunia dan kembali menyusun suatu hubungan baru. Kenyataannya Jae tidak siap dan tidak mampu.

Tapi Jae yakin dengan satu hal, Jae bisa melakukannya dengan Kalea. Jae tahu dirinya bisa jika bersama Kalea, seperti ini, saat ini. Jadi, biarkan cerita kami kembali berlayar perlahan.

"Gapapa Jae."

Jae menghela nafas, "Gue juga gapapa Kalea, gue udah nabung dan niatnya uang itu emang buat pernikahan kita."

Kalea mengangguk sekali lagi, "Iya gue paham. Gue juga udah nabung kok, gue nggak mau buat pernikahan kita lo semua yang tanggung. Kan yang nikah kita berdua, bukan diri lo sendiri. Jadi biarkan gue ikut adil dalam urusan ini ya."

"Maaf."

Kalea mengernyit, "Kenapa?"

"Karena gue pernikahan kita harus di tunda lebih lama."

Kalea tersenyum sembari mengelus pipi Jae, "Hey, it's okay. Kalau lo mengumumkan sekarang pun yang ada pasti akan heboh, gue nggak mau lo harus menanggung semua komentar buruk lagi seperti kemarin. Mau pernikahan kita di adakan tahun depan atau dua tahun lagi pun gue nggak masalah kok. Yang terpenting itu dengan orangnya, dengan lo."

"Nggak mau, kelamaan."

"Terus maunya?"

"Secepatnya."

Kalea tertawa, "Pelan-pelan ya? Gue nggak mau karir lo rusak cuman karena lo mau nikahin gue. Pikirkan perasaan fans lo juga yang udah setia nunggu selama ini. Gue yakin kok mereka akan mengerti nantinya, jadi jangan terburu-buru ya."

Jae mengangguk mengerti. Jae menghela nafas pelan, bagaimana hanya dengan menatap Kalea seperti ini benar-benar biasa membuatnya lebih tenang? Jae meminggirkan anak rambut yang mengenai wajah Kalea dengan lembut.

"Kalea."

"Gue nggak akan kemana-mana, gue nggak akan hilang lagi kayak dua tahun lalu."

"Tunggu ya?"

"Iya."

"Jangan kemana-mana."

"Iya, gue di sini."

[1] For Us - DAY6 Jae ✔️Where stories live. Discover now