7

1K 27 7
                                    

Arinda berteriak histeris sementara bulir-bulir bening mulai berjatuhan membasahi wajahnya yang memucat. Kemudian ia luruh terduduk di lantai. Dari mulutnya keluar umpatan yang ditujukan untuk Mbak Wati. Sungguh, ia tak pernah menduga perempuan sinting itu akan nekad melakukan tindak kejahatan dengan menculik Sansa demi mendapatkan Elang. Benar-benar gila. Lebih baik ia menyerahkan seluruh harta miliknya untuk menebus sang anak daripada merelakan Elang berpoligami.

"Sansaaaaa."

Tangis Arinda semakin menjadi menyadarkan Elang yang sedang kalut. Lelaki itu bersimpuh lalu mendekap istrinya dari belakang. Ia mencoba menenangkan Arinda meski ia sendiri sedang tidak tenang.

"Kakak bakal ngebebasin Sansa. Sebelum siang Kakak pastikan Sansa udah kembali ke rumah ini."


Arinda melepaskan dekapan Elang lantas membalikkan badan agar bisa berhadapan dengan suaminya itu. "Berarti Kakak mau menikahi si Watiah? Enggak, Kak. Aku enggak mau dipoligami. Aku enggak rela, aku enggak ridho. Kita harus cari cara lain buat bebasin Sansa. Jangan nikahi perempuan gila itu." Kepalanya menggeleng-geleng kuat.


"Siapa yang mau menikahi Watiah? Amit-amit."


"Terus, gimana cara Kakak buat ngebebasin Sansa?"


Elang menjelaskan rencananya. Ia akan mengunjungi kontrakan Watiah dengan membawa polisi yang tentu saja disembunyikan, lalu ia berpura-pura setuju untuk menikah. Setelah Sansa berhasil didapatkan, ia akan membawa Watiah pada pihak berwajib.


"Kakak yakin rencana itu bakal berhasil?"


"Ya, Kakak yakin. Watiah itu perempuan sinting, jadi pasti gampang dijebak."

Tangis Arinda mereda dan dari matanya mulai memancarkan seberkas cahaya harapan. Apa yang dikatakan Elang benar, Watiah pasti mudah dikelabui. Kini hatinya sudah agak lega.

"Aku serahkan semuanya ke Kakak."

"Ya udah, sekarang kita mandi, yuk, terus solat. Abis itu, kita mulai beraksi buat bebasin Sansa."

Arinda mengangguk. Dengan dibantu sang suami, ia berdiri kemudian melangkah ke kamar mandi sambil menggumam, "Miris banget ya, Kak. Sansa diculik pas kita lagi enak-enakan."

Elang tak berkomentar.

Meski Elang tak merespon, Arinda tetap mengeluarkan unek-uneknya. "Coba kalo semalem kita enggak main Mobile Legend, pasti ini enggak bakal terjadi. "


"Jadi kamu nyesel?" Kali ini Elang tak diam saja.


"Mmm, enggak juga, sih."

Di saat genting seperti ini, Arinda berhasil membuat Elang menahan tawa.

***

Matahari belum sepenuhnya menampakkan diri, namun kediaman Elang dan Arinda sudah ramai. Usai salat subuh tadi, Elang menghubungi pihak kepolisian untuk melaporkan anaknya yang diculik, juga memberi tahu keluarga dari pihaknya dan sang istri. Tentu saja mereka – keluarga Elang dan Arinda – terkejut mendapat kabar buruk di pagi buta kemudian langsung menuju tempat kejadian perkara. Kini di sana sudah ada kedua orang tua Arinda, mama Elang, Rahma, Arya dan dua orang petugas polisi. Satu di antara kedua polisi tersebut adalah teman Elang yang bernama Rio. Mereka semua berkumpul di ruang tengah sambil mendengarkan keterangan saksi yaitu Pak Budi, tenaga keamanan di rumah Elang. Sebelumnya lelaki bertubuh tegap itu ditemukan tergeletak di dekat pos.

Mbak WatiWhere stories live. Discover now