#56 [Penasaran (2)]

81 15 7
                                    

[Pukul 7 pagi]

"Seokjin, kau yakin bakal pulang hari ini? Kenapa tidak besok saja?."-Tanya Sang Daddy.

Seokjin menelan sandwich-nya sesaat sebelum menyahut, "Aku juga inginnya begitu. Tapi ada pekerjaan yang harus aku urus di sana. Jadi maaf aku tak bisa lama-lama di sini."

"Hmm, ya sudah deh. Hati-hati, jaga kesehatan di sana. Daddy pesan ini untuk Soobin juga ya."

"Baik, Daddy."

"Maaf daddy masih belum bisa kemana-mana dan tak bisa mengantarmu ke bandara."

"Tidak apa-apa, Daddy. Aku mengerti."

.....
.
.
.
.
.
[Bandara]

"Padahal ponselnya aktif. Kenapa tidak diangkat ya?."

"Mungkin Soobin sedang ada kuliah."

"Tidak mungkin, Sena. Di sini kan pukul 8 pagi. Otomatis di sana sudah malam."

"Benar juga. Apa mungkin Soobin ketiduran?."

Seokjin pun menghela napas panjang.
"Aduhh.. ya sudah deh, aku langsung siap-siap saja."

"Ya sudah, aku antar sampai masuk pesawat."

Seokjin pun bangkit diikuti Sena.

'Sepertinya dia melewati hari yang sangat melelahkan sampai ketiduran.'-Batin Seokjin berpikir positif.

***
.
.
.
.
.
[Rumah Nenek Jaehwa]

"Sepertinya kondisimu semakin membaik."

Jena tersenyum mengangguk.
"Iya. Terima kasih, ini juga berkat kau dan nenekmu, Jisu."

"Sekarang apa kau ingin aku antar pulang?."

Jena mengangguk dengan cepat.
"Iya! Aku ingin pulang."

"Di mana rumahmu, Nak?."-Tanya Sang Nenek.

"Iya. Di mana rumahmu?."-Jisu ikut bertanya.

"Rumahku ada di wilayah Antartika juga kok. Aku tinggal dengan papa dan bibiku."

"Bolehkah kami tahu nama papa dan bibimu, Nak? Mungkin saja kami mengenal mereka."

"Papa Jaehyun dan Bibi Hyehye."

!!!

Jisu dan Nenek Jaehwa spontan terkejut.

"Jaehyun? Maksudmu Jung Jaehyun?."-Tatap Jisu tak percaya.

Jena mengangguk.
"Iya. Apa Nenek dan Jisu kenal dengan papaku?."

Batin Jisu langsung campur aduk.
'Tidak mungkin! Diam-diam kakak memiliki anak yang sudah sebesar ini? Kenapa dia merahasiakan ini dariku dan nenek?.'
.
.
"Kau putrinya Jaehyun? Itu artinya kau cucu buyutku. Dan Jisu adalah bibimu."

Jena mengangkat kedua alisnya dan bingung.
"Maksudnya?."

"Nenek dan Jisu adalah keluarga dari papamu."

"Wah, serius?."

Jisu dan Sang Nenek saling tatap sejenak lalu mengangguk.

"Wah! Aku senang sekali ternyata aku punya keluarga lain. Kalau begitu aku takkan langsung pulang."

"Tentu, Nak. Setelah tahu kebenaran ini, kami tak mungkin membiarkan pertemuan pertama kita berakhir dengan singkat."-Sahut Nenek Jaehwa seraya tersenyum.

"Boleh aku peluk kalian?."

Jisu dan Nenek Jaehwa mengangguk.
"Tentu, Nak. Kemarilah!."

Kemudian ketiganya pun berpelukan.
.
.
Jisu mencengkram punggung Jena cukup erat.
'Kakak, bisa-bisanya kau merahasiakan hal sebesar ini dari keluargamu sendiri.'
.
.
.
.
.
***

SIRENA 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang