8: Bunga Hanya Ingin Tenang

436 82 9
                                    

Selamat Membaca

꧁ Selamat Membaca ꧂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚫  ⚫  ⚫

Don't judge a book by it's cover.

Semua tentu tahu pepatah itu, pun dengan Bunga. Terlalu dini sebenarnya jika dia langsung memberikan cap ‘Manusia Aneh’ pada sosok laki-laki jangkung yang berdiri tepat beberapa langkah di belakangnya, sementara dia sendiri sama sekali tidak mengenali laki-laki itu sebelumnya.

“Halo ..., kita ketemu lagi. Gue Arka dari kelas XII MIPA 2.” Kedua sudut bibir laki-laki itu melengkung sempurna kala menyapanya.

Jika dia adalah seorang anak perempuan yang lemah hati seperti dulu, mungkin dia akan langsung luluh dengan satu senyuman teduh itu. Tapi, itu tidak akan terjadi untuk sekarang karena Bunga telah benar-benar menutup akses masuk hatinya. Ia tidak mudah goyah hanya karena laki-laki berwajah rupawan. Tidak akan.

“Bunga?” Arka melambaikan satu tangan di depan wajahnya.

“Eh, iya?” Bunga mengedip. “Oh iya, ini jaketnya aku kembaliin lagi. Kemarin nggak aku pake kok. Lain kali nggak perlu repot-repot lagi, terima kasih,” katanya dengan satu tarikan napas menyodorkan jaket yang terlipat rapi itu pada pemiliknya.

Arka termenung sesaat, namun kedua tangan berisi yang terjulur di depannya mendesak untuk segera mengambil jaket itu. “Kenapa nggak di ...”

“Aku pergi dulu, Kak. Sekali lagi terima kasih. Untuk selanjutnya kalau kita ketemu lagi lebih baik Kakak abaikan aja aku. Seperti sebelumnya, kita nggak saling kenal, aku dan kamu—kita orang asing.”

Bunga tahu, ia sangat tidak sopan dengan memotong pembicaraan lawan bicaranya. Tetapi, dia ingin ini segera tuntas agar ia bisa bernapas lega. Bunga, tidak ingin berurusan dengan laki-laki. Lagi.

“Eh, tapi ...,” Arka ingin menyangkalnya, namun sekali lagi gadis itu tidak memberikan kesempatan untuknya berbicara.

Setelah Arka menerima jaketnya kembali, gadis itu lari terburu-buru meninggalkannya.

“... Tapi kamu bukan orang asing," gumamnya pelan. Berharap, gadis itu—walau sejenak saja—mau untuk sekedar mendengarkan apa yang ingin Arka ungkapkan.

彡✿❦彡✿❦彡✿❦彡✿❦

“Ren, coba lo perhatiin mata gue deh. Coba tebak, ada apa?” Reno memangku wajah di depan gadis jelita itu—siapa lagi kalau bukan Renata.

Renata mengerutkan alis. “Ada apa emang?” tanyanya.

Reno mengulum bibir. “Kamu,” ujarnya kemudian menerbitkan senyuman manis. “Masa depan aku.”

“Eaaa.” Adam berseru heboh. Terbahak seraya tangannya memukul-mukul meja.

Arion melempar gulungan kertas, mengenai sisi dahi laki-laki yang tertawa heboh itu. “Tangan lo!”

Find Yourself!Where stories live. Discover now