15. Pengunduran Diri

3.3K 190 4
                                    

Hari ini, tepat tiga bulan Alena bekerja di kantor itu. Dia sudah memantapkan hati untuk mengundurkan diri sejak hari terakhir gathering. Wanita itu sengaja izin pulang lebih awal dengan alasan kesehatan yang semakin memburuk. Padahal, dia tak mau bertemu Adam dan keluarga Cintia di acara gala dinner.

Evaluasi kinerjanya selama tiga bulan ini sedang dikerjakan oleh HRD. Namun, tanpa hasil itu, Alena tetap akan resign. Setelah makan siang, dia meminta izin kepada atasannya untuk menemui manager personalia dan menyampaikan langsung apa yang menjadi pilihannya.

"Pak Adam ada?" tanya Alena kepada sekretaris laki-laki itu.

"Bapak ada tamu, Bu."

"Oh, yaudah kalau gitu."

"Tunggu dulu, Bu. Sebentar saya tanyakan." Sekretaris itu men-dial beberapa angka dan berbicara sesuatu dengan atasannya.

"Sepertinya tamu penting. Mungkin Ibu bisa kembali lagi nanti," katanya setelah menutup panggilan.

"Oke, suya tunggu." Alena menatap pintu ruangan Adam cukup lama, dan hendak berbalik saat sekretaris itu memanggilnya.

"Bu, kata Pak Adam masuk aja. Udah selesai."

Alena membuka pintu bersamaan dengan beberapa orang yang keluar dari ruangan Adam. Laki-laki itu terlihat santai duduk di kursi kerja saat dia masuk.

"Duduk, Len. Tumben kamu datang?" tanya Adam.

Setelah acara gathering berakhir dan mereka kembali ke kota asal, Adam mencoba menghubungi Alena tapi tidak di-respons. Dia bahkan datang ke apartemen mereka dan mendapati bahwa tempat itu kosong. Hingga hari ini, wanita itu datang sendiri dan menghadapnya.

"Mau menyerahkan ini, Pak." Alena menyodorkan sebuah amplop cokelat di meja.

Adam mengambil benda itu, kemudian membukanya dengan pelan dan terbelalak saat melihat apa isinya.

"Kamu serius?"

"Iya, Pak."

Adam menarik napas panjang, kemudian berkata, "Hasil evaluasi kerja kamu belum selesai dan sedang dikerjakan oleh kami. Baiknya kamu tunggu dulu, jangan terburu-buru."

Alena mencoba tersenyum menanggapinya. "Tidak perlu menunggu itu, Pak. Saya memilih mengundurkan diri."

"Gak bisa begitu, Len. Semua ada aturannya," Adam memasukkan kembali kertas itu ke dalam amplop dan menumpuknya dengan surat lain.

"Kalau tidak salah, aturannya jika sudah selesai masa percobaan tiga bulan, karyawan diperbolehkan mengundurkan diri jika tidak ingin melanjutkan," kata Alena. Dia membaca dengan teliti surat kontraknya sebelum ditanda-tangani.

"Tapi gak bisa gitu." Adam masih mencoba menahan. Laki-laki itu tidak terima jika Alena pergi begitu saja.

"Ini yang terbaik untuk semua, Pak. Saya gak mau dituduh ngerusak hubungan orang lain, kalau masih ada di sini," kata Alena sambil menatap Adam dengan tajam.

Rasanya dia memang harus segera angkat kaki supaya semua masalah menjadi clear dan suasana kembali lebih tenang. Salahnya juga kenapa tidak mengecek dulu siapa-siapa saja petinggi di kantor ini sebelum memasukkan surat lamaran pekerjaan.

"Saya gak mau kamu resign," kata Adam dengan tegas.

"Alasannya?"

"Hasil evaluasi kamu bagus. Jadi kamu gak bisa cabut begitu aja. Perusahaan membutuhkan kamu," katanya.

"Masa probation udah selesai, Pak. Saya berhak mengundurkan diri." Rasanya Alena ingin segera keluar dari ruangan ini agar Adam tak menahannya lebih lama.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now