6. 🍁

122 56 5
                                    

"Kalo gue cium gimana?" Tanya Arine. Tanpa mendengar persetujuan Jeno, dirinya langsung mendekat. Kini keduanya hanya berjarak beberapa senti. Saat Arine ingin mencium bibir Jeno, lelaki itu langsung mundur satu langkah yang membuat Arine oleng dan hampir saja terjatuh jika lelaki di hadapannya tidak menahan.

Jeno tentu saja gugup dan tidak nyaman melihat bos mudanya mabuk seperti ini. Dia tidak ada pilihan lain lagi. Bangkit hendak mencari taksi, lagi dan lagi Arine menahannya.

"Gue gak mau pulang!" Gadis itu menggelang. "Jangan.."

Jeno menatap lamat-lamat wajah Arine. Dia bingung sekali, sungguh. Masalahnya dia tidak tahu di mana alamat bos mudanya itu. Jika tahu mungkin sedari tadi dia sudah mengantarkan gadis itu pulang.

Terpikir sesuatu, Jeno berjongkok lagi di hadapan gadis itu, memeriksa tas Arine lalu mengambil ponsel di dalam sana. Jeno mulai membukanya. Hendak menelpon siapa saja yang bisa membantu gadis itu sampai ke rumah.

Sialnya ponsel Arine terkunci. Tak kehabisan akal, Jeno langsung mengambil telunjuk gadis itu lalu menekannya pada finger print. Dan sedetik ke berikutnya, ponsel terbuka. Jeno langsung mencari kontak yang terakhir kali Arine hubungi.

Ternyata hanya ada nama Mingyu disana. Tanpa pikir panjang Jeno langsung menelfon Mingyu. Menyuruh lelaki yang Jeno tahu kakaknya Arine itu, menyusul ke sini.

🍁🍁🍁

Mingyu dengan tergesa keluar dari mobil. Wajahnya memerah menahan emosi. Ya, dia marah karena dia tahu betul adiknya itu tidak bisa minum alkohol. Sudah dapat dipastikan besok Arine akan sakit.

Setelah ditelfon oleh seseorang tadi, Mingyu langsung pergi tanpa mengulur waktu. Sekarang dirinya sudah sampai. Menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Arine. Tak lama, matanya melihat seorang lelaki dan wanita duduk di batu besar, pinggir jalan.

Mingyu yakin sekali itu adalah Arine. Dia langsung berlari menghampiri. Dan tanpa aba-aba dengan emosi yang memuncak, Mingyu  langsung meninju wajah Jeno ketika dirinya sudah berada di sana.

Jeno yang hendak menjelaskan terkejut setengah mati karena pukulan itu. Membuat bibirnya yang hampir mengering terbuka lagi mengeluarkan darah segar.

"Kurang ajar ya lo!" Bentak Mingyu. Lantas menarik Arine ke sampingnya. Menggenggam tangan gadis yang sudah sangat sempoyongan itu.

"Kamu salah pah-"

"Diem lo!"

Tanpa mendengar penjelasan Jeno, Mingyu lagi-lagi memukul lelaki itu. Sekarang di bagian perut. Dia terus meninju perut Jeno hingga lelaki itu terjatuh. Jeno sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar melawan.

Bughk

Bughk

Mingyu tak sedikitpun memberi jeda untuk Jeno. Bahkan tak memberi lelaki itu kesempatan menghirup nafas barang sedetik.

"Udah! Kakak apaan sih!" Teriak Arine tersadar akan pukulan yang Mingyu lampiaskan pada Jeno. Walau tak sepenuhnya sadar karena Arine tidak bisa melihat dengan jelas.

"Jangan pernah ngelewatin batas!"

"...lo itu cuma pelayan!" Tekan Mingyu pada Jeno.

Sedangkan lelaki yang sudah gelimpungan di tanah itu tidak menjawab. Bukan tak ingin, tapi benar-benar tak bisa. Yang dia rasakan hanya sakit di sekujur tubuhnya. Jeno nyaris memuntahkan darah, tapi dia tahan sebisa mungkin.

REVENGE : Maple Leaf Sheets || Ljn  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang