Senyum dong, neng!

2.4K 367 17
                                    

Hari ini giliran Nagita untuk pergi berbelanja bahan-bahan untuk membuat minuman, gadis itu kini sudah siap pergi dengan pakaian bergaya casual.

Nagita pergi menggunakan sepeda motornya menuju swalayan besar yang buka 24 jam, karena ini masih jam 8 tentunya belum banyak tokok yang buka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nagita pergi menggunakan sepeda motornya menuju swalayan besar yang buka 24 jam, karena ini masih jam 8 tentunya belum banyak tokok yang buka.

Butuh waktu sekitar 15 menit dari kosannya untuk bisa sampai di swalayan, sebelum masuk gadis itu memastikan catatan belanjaannya lengkap dan tidak ada yang terlewat satupun.

Sebenarnya sih Nagita terlalu malas untuk berbelanja di swalayan ini, karena pasti kalau pagi-pagi dipenuhi banyak ibu-ibu yang ingin berbelanja juga, akibatnya ia memarkirkan motornya sedikit lebih jauh dari swalayan.

"Sparkling water, udah. Sirup juga udah, semua yang di list udah. Sip! Langsung ke kasir aja," gumamnya.

Setelah selesai berbelanja, Nagita langsung pergi dari swalayan menuju parkiran. Di kedua tangannya sudah penuh dengan dua buah kresek besar berisi belanjaan. Gadis itu berjalan melewati segerombolan laki-laki yang kelihatannya sedang bercengkrama.

"Neng, sendirian aja nih!"

"Mau abang temenin gak?"

"Etdah, sombong amat."

Ada perasaan jengkel dalam diri Nagita mendengar celetukan yang keluar dari para laki-laki kurang kerjaan itu.

"Senyum dong, neng! Tar cantiknya ilang."

Oke, Gigi habis kesabaran kali ini. Dia berbalik lalu menghampiri sekumpulan laki-laki yang telah melakukan tindakan pelecehan verbal padanya. Padahal kalau dipikir-pikir Gigi sudah berpakaian casual dan tertutup, tapi masih saja jadi sasaran catcalling.

"Kenapa mas? Kenal saya?" tanya Nagita dengan nada yang tidak bersahabat.

Sekelompok laki-laki itu malah kegirangan dihampiri oleh Nagita.

"Enggak kenal, neng. Makanya sini kenalan sama Aa." kata salah satu dari mereka sambil mengulurkan tangan ke arah Nagita.

Nagita menepis uluran tangan itu. "Harus banget saya kenalan sama situ? Emangnya situ siapa? Pake nyuruh senyum segala. Kalian punya hak atas tubuh saya? Mau saya senyum atau manyun sekalipun bukan urusan kalian!"

Mereka diam mendengar paparan Nagita barusan, tapi tiba-tiba satu orang dari mereka maju. "Senyum tuh ibadah, neng! Lebay ah cuman gitu aja marah," katanya lalu diiringi suara tertawa dari teman-temannya yang lain.

Lebay katanya? Gila kali mereka. Dikira melakukan catcalling itu hal biasa apa, padahal jelas-jelas itu bentuk pelecehan yang membuat si korbannya gak nyaman dan bisa aja trauma.

"Terus kalau senyum itu ibadah, saya harus terus senyum gitu? Enggaklah! Dan apa tadi, lebay? Dih, sangat-sangat tidak mencerminkan orang berpendidikan. Namanya melakukan sesuatu yang menganggu kenyamanan orang itu pelanggaran! Apalagi ini catcalling yang masuknya pelecehan verbal, hati-hati kalian, ada pasalnya dan termasuk tindal pidana!"

Setelah itu Nagita pergi meninggalkan sekumpulan laki-laki itu. Moodnya pagi ini benar-benar hancur. Gadis itu sama sekali gak habis pikir dengan laki-laki yang seperti itu. Ia jadi bersumpah kalau mempunyai anak laki-laki nanti, Nagita akan mengedukasi anaknya agar tidak menjadi laki-laki seperti mereka.

Hii! Di chapter ini aku mau sedikit curhat tentang catcalling

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hii! Di chapter ini aku mau sedikit curhat tentang catcalling. Sering banget digituin padahal aku pake hijab. Emang bener-bener ya orang zaman sekarang, lebih serem dari setan.

Ohiya sekalian aja book ini aku dedikasikan untuk menceritakan kesulitan kita, menjadi perempuan. So, feel free to write pengalaman kalian🥰

The Puan's | Blackvelvet | ON HOLD Where stories live. Discover now