Bagian 22

28.9K 2.2K 24
                                    

Perhatian: Mengandung kata-kata yang kurang pantas 😁

Jika ada di dunia ini yang harus dikatakan sebagai pria paling bajingan, Dewa akan dengan senang hati menunjuk Juna sebagai pria itu. Temannya yang satu itu dengan mudahnya memilih teman tidur dari beberapa wanita di malam yang dia jadikan sebagai malam pesta bujangan nya. Tepat tiga hari sebelum hari pernikahannya dengan seorang perempuan baik-baik akan berlangsung.

“Maafkan aku sayang. Malam ini aku ingin bersenang-senang dengan si cantik ini,” ucap Juna sambil menggoda seorang wanita yang langsung tersenyum senang. Perkataan pria itu membuat dua wanita lainnya mendesah kecewa.

Suasana club malam memang bukan hal yang baru lagi bagi Dewa. Suara yang berisik akibat musik keras di dance floor, alkohol, aroma rokok dan parfum yang seakan menyatu serta sedikit ketenangan di ruangan VIP. Dia sudah terbiasa dengan semua ini sejak dulunya.

Pergaulan Dewa memang buruk, dia sangat menyadarinya. Pertemanan yang dulu nyatanya bisa menarik perhatian papanya dari tumpukan pekerjaan di kantor. Hal yang mampu membuat Prabu bisa berpikir bahwa perhatian darinya yang bisa dikatakan sangat minim untuk keluarganya bisa membuat putranya salah langkah.

Bahkan sejak dulu hingga sekarang pun Dewa masih bergaul dengan pria-pria brengsek dan bajingan yang sama. Setidaknya Dewa juga sama bajingannya dengan mereka semua sehingga tidak merasa salah tempat bergaul meskipun sadar bahwa teman-temannya memang bertingkah kelewat batas.

Ayolah? Tidak ada pria baik-baik yang sudah menghamili seorang wanita lalu membiarkan wanita itu menanggung kehamilan sendirian seperti dirinya bukan? Jadi Dewa tidak akan menempatkan dirinya lebih baik dari teman-temannya.

“Kamu tidak menikmatinya?”

Seketika Dewa menoleh. Weri yang tadi menepuk pundaknya mendudukkan badan didekatnya. Jika Dewa baru sekitar sepuluh menit lamanya berada disini, beda halnya dengan Weri. Pria itu baru saja datang.

“Begitu lah. Pesta ini tidak seperti bayanganku,” ucap Dewa sambil memperhatikan ruangan VIP yang ditempati lebih dari sepuluh orang. Teman-temannya bersama dengan beberapa wanita —yang entah siapa saja mereka Dewa sendiri tidak tahu— mungkin hanya butuh beberapa menit lagi agar masih sadar.

“Jangan kuno! Kalau disini tempatnya sudah pasti seperti ini lah yang akan kamu temui.” Weri mengambil gelas baru dan menuangkan alkohol untuknya sendiri. “Kamu masih ber'puasa'?”

Ejekan dari temannya itu sama sekali tidak membuat Dewa tersinggung. Karena semua teman-temannya itu tahu sekali bahwa Dewa sudah lama tidak meminum alkohol lagi. Dewa memang tidak menolak ketika diajak kumpul di club malam. Hanya saja dia tidak menikmati hidangan apapun yang ada disini.

“Ya! Jika kamu bertanya kapan aku akan membatalkannya maka jawabannya adalah aku tidak berniat untuk membatalkannya.”

“Kalau begitu, aku tidak akan bertanya.” Weri mengangkat bahunya singkat sebelum meneguk minumannya. “Bagaimana kabar Nath?” tanya Weri setelah beberapa detik mereka terdiam. "Dia sudah jarang berkomentar di grup."

“Dia baik.” Dewa menatap pergerakan tangan Weri. Pria itu kembali mengisi gelasnya lagi. “Hormon kehamilannya begitu menyusahkan.”

“Dulu saat hamil Nathan juga begitu kan?”

Dewa mengangguk. Membenarkan pertanyaan Weri yang lebih terdengar seperti pernyataan. Nathalia memang cukup menyusahkan ketika sedang hamil. Baik ketika wanita itu hamil Nathan dulu maupun di kehamilannya yang kedua sekarang.

“Tapi sepertinya lebih parah yang sekarang.”

“Setidaknya bukan hal yang baru bagimu,” gumam Weri dengan wajah yang dibuat terlihat prihatin. “Selasa nanti kamu akan datang?”

Tied in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang