SEMBILAN BELAS

417K 56.6K 15.7K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

1000 vote + 1000 komen untuk next!

Vote-nya imbangin dong.

****

Dengan langkah cepatnya Ilona berjalan menghampiri Areksa dan Naura yang masih berpelukan di depan ruang OSIS. Wajah gadis itu merah padam menahan amarah dengan kedua tangan yang terkepal erat.

Tanpa aba-aba, Ilona langsung menarik pundak Naura hingga pelukan keduanya terlepas. Areksa dan Naura sama-sama kaget dengan kehadiran Ilona yang secara tiba-tiba.

Dengan penuh beringas Ilona meninju rahang Naura lumayan keras.

Bugh

Areksa membulatkan matanya tak percaya. Akibat pukulan dari Ilona, Naura terjatuh ke atas lantai dengan tangan yang memegang pipinya yang terasa linu dan menyakitkan.

"LO JANGAN MACEM-MACEM SAMA GUE, YA, CEWEK GATEL!" peringat Ilona menatap penuh dendam ke arah Naura.

"NA!" sentak Areksa. Ia merasa kalau Ilona sudah keterlaluan. Cowok itu berjongkok untuk melihat luka memar di pipi Naura. Lumayan parah dan pastinya akan membiru.

Ilona menatap Areksa tidak percaya. Karena tidak ingin membuat keributan lagi, Ilona segera pergi dari sana dengan perasaan campur aduk. Entah efek dirinya yang tengah menstruasi atau karena sikap cemburuannya yang overdosis.

"Nau? Ayo gue anter ke UKS," tawar Areksa dengan raut wajah panik. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa.

Naura menggelengkan kepalanya. "Gue nggak papa, Sa. Lo kejar Ilona aja."

"Nggak papa gimana? Pipi lo memar," bantah Areksa.

Naura meringis pelan. "Lo kejar Ilona sekarang, gue nggak mau dia salah paham."

"Tapi, lo-"

"Jangan peduliin gue. Cepet kejar Ilona sekarang. Gue nggak mau hubungan kalian rusak cuma karena salah paham, Sa," pinta Naura mulai berkaca-kaca matanya.

Areksa mengangguk. Cowok itu berdiri dan berlari untuk mengejar Ilona yang lumayan jauh jaraknya dengan dirinya.

"ILONA!" panggil Areksa kencang. Ia yakin kalau beberapa kelas yang dirinya lewati pasti mendengar teriakannya. Tapi Areksa tidak peduli dengan itu.

Bukannya berhenti, Ilona justru semakin mempercepat langkahnya. Ia tidak peduli dengan Areksa yang terus memanggil namanya. Lima langkah lagi ia akan sampai di kelasnya.

Areksa kalah cepat. Ilona sudah terlanjur memasuki kelas. Cowok itu berdecak sebal dan mengacak rambutnya kasar. Dengan penuh kekecewaan Areksa pergi dari sana. Mungkin ia akan membicarakan masalah ini nanti.

"Ilona? Muka kamu kenapa ditekuk gitu?" tanya Pak Anton-guru matematika yang tengah mengajar di kelas Ilona.

"Nggak," balas Ilona dengan singkat. Tidak ingin banyak bicara, gadis itu langsung duduk di bangkunya dengan kasar membuat Azura menoleh heran ke arahnya.

"Kamu kenapa?" tanya Azura dengan tatapan polosnya.

"Diem lo," balas Ilona. Matanya menyorot tajam ke arah Azura.

"Ih jahat, Ilona kalau ngamuk kayak gorila. Serem." Azura bergidik ngeri.

"Gue makan juga lo!" ancam Ilona.

"Ampun." Azura menangkupkan tangannya di depan dada lalu kembali fokus menulis catatan.

Seano yang duduk di seberang bangku Ilona itu menoleh setelah mendengar pertengkaran kecil antara Azura dengan gadis itu. Keningnya mengerut kala melihat wajah Ilona yang tidak bersahabat.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang