S E P U L U H

2.5K 416 20
                                    

Selain merasa tenang dengan kedatangan lelaki itu, Sakura juga terkejut dengan teriakannya. Apa maksud dari perkataan Sasuke? Apa jangan-jangan.

Tidak, Sakura segera menggeleng. Ia tak akan lagi, dengan mudah percaya pada orang lain. Cukup Sasori menipunya, dan tak akan ada Sasori Sasori lainnya.

Menghembuskan napasnya lega ketika Sasori melepaskan tangan dari kedua pipinya dan berbalik pada Sasuke yang tengah berjalan santai mendekati mereka.

Namun nyatanya perasaan leganya tak bertahan lama ketika melihat wajah Sasuke. Demi apa, Sasori tak akan selamat. Sasuke sedang dalam suasana hati yang tidak baik, dilihat dari rahangnya yang mengeras.

"Apa yang kau la--"

BUGHH

Dengan tidak elitnya tubuh Sasori jatuh. Pukulan tiba-tiba yang Sasuke layangkan mampu membuat lelaki itu meringis kesakitan. Bahkan Sakura yang melihatnya pun ngilu sendiri.

"Ya tuhan Sas--"

"Keluar" Sakura menelan ludah dengan susah payah ketika tatapan tajam Sasuke menusuknya. Ia yakin seratus persen, sekarang wajahnya terlihat pucat pasi.

"A-aku--" kenapa lidahnya terasa keluh disaat-saat seperti ini. Kakinya pun terasa kaku untuk melangkah. Dampak dari kemarahan Sasuke mampu membuatnya seperti ini.

Melirik Sasori yang masih berusaha berdiri, lalu kembali menatap Sasuke yang tengah menarik napas kasar. Tatapan yang tadinya menajam, kini melunak seketika. Perasaan Sakura pun mulai tenang kembali.

Cukup terkejut dengan perlakuan Sasuke selanjutnya. Tangan lelaki itu terulur mengelus pipinya, wajahnya terlihat gusar, "maafkan aku, ck tak seharusnya aku sibuk dengan turnamen game"

Sakura kembali memproses ucapan Sasuke barusan. Kenapa lelaki itu terus membicarakan tentang turnamen game.

"Keluarlah. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Sasori" perkataan lembut Sasuke mampu membuatnya mengangguk patut. Dan memilih berjalan keluar kelas.

Apa yang akan terjadi pada Sasori, ia tak peduli. Salah lelaki itu sendiri karena menipu dirinya.

.

.

.

Ia menunggu dengan perasaan was-was. Duduk di kursi yang berada di koridor sambil sesekali menatap ke arah kelasnya. Menunggu siapa yang akan keluar, Sasuke atau Sasori.

Tak seharusnya ia menunggu seperti ini memang. Tapi ia masih merasa janggal dengan Sasuke. Kenapa lelaki itu berkata seolah-olah dirinya adalah Keiji.

Menggeleng cepat, ia tak boleh percaya begitu saja. Cukup Sasori yang menipunya.

Jujur, ia sangat senang saat tahu Sasori adalah Keiji, rasa rindu yang memuncak seketika lenyap digantikan dengan bahagia. Dan itu tak bertahan lama ketika tahu kebohongan Sasori.

Mungkin ia terlalu berharap pada kekasihnya. Karena belakangan ini Keiji sering menghilang dan sibuk dengan turnamen gamenya, ia semakin membutuhkan kehadiran lelaki itu.

Mengingat jika akhir-akhir ini ia dilantarkan oleh kekasihnya, entah mengapa membuat hatinya berdenyut sakit. Lelaki itu bahkan tak menelepon balik saat tadi Sasori mematikan panggilang secara sepihak. Padahal jika itu dulu, pasti dia akan kembali menelepon dan bertanya kenapa mematikan panggilan secara tiba-tiba.

"Aku merasa tidak dibutuhkan lagi" gumamnya sambil tersenyum lebar. Namun nyatanya, matanya tengah berkaca-kaca. Rasa sesak kembali menyerang dadanya. Kenapa dengan kehidupannya, akhir-akhir ini menjadi tidak beres.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang