Canistopia - XXII

2.1K 324 152
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Waktu bergulir begitu cepat, langit pun ikut berubah mengikuti kodrat alam. Pagi menjadi siang, siang menjadi sore, dan kini ... sore sudah berubah menjadi malam.

Damien—seseorang yang cukup menjadi perhatian semua penghuni di kastil—kini sedang menatap takjub pada lima ekor kuda berukuran tak biasa yang menarik sebuah kereta di depan gerbang.

“Itu percheron,” ucap Matt seraya membenarkan ransel yang tergantung di bahu kanan.

Damien membulatkan bibirnya seraya mengangguk-angguk. “Tinggi dan besar sekali.”

“Tetapi cukup tempramen,” bisik Matt. “Kau harus hati-hati. Jangan terlalu dekat kalau bisa.”

“Oh?” Damien terpaku beberapa detik kemudian mengangguk lagi. “Baiklah.”

“Di mana yang lain?” tanya sebuah suara menginterupsi keduanya.

Matt dan Damien menoleh bersamaan. Ternyata itu Daves. “Sudah di dalam,” jawab Matt. “Kenapa kau lama sekali?”

“Memeriksa beberapa hal. Memastikan Jayden dan Hayden mengurus kastil dengan benar selama kita pergi.”

Matt mendengkus. “Mereka sudah terbiasa di kastil. Kenapa kau berlebihan begini? Apakah karena ucapaan Kevin yang kau ceritakan itu?”

Daves mengangguk. “Setidaknya perlu waspada. Kita tidak tahu ucapannya benar atau tidak. Kalau terbukti benar, kita tidak tahu orang asing itu mengancam atau sebaliknya."

“Ah, aku merasa kau sedang meragukan kemampuanmu sendiri, Daves,” keluh Matt.

“Apakah Jayden dan Hayden tidak sekolah?” tanya Damien penasaran.

Daves menggeleng. “Mereka sudah lulus, tahun kemarin.”

“Kukira kita seumuran,” ucap Damien baru tahu.

Daves mengedik. “Tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat!”

Damien mengeratkan jari-jarinya di tali ransel. Siapkah ia menghadapi suasana baru dan bertemu dengan banyak orang ‘aneh’ sepertinya di sekolah? Ia menghela napas panjang kemudian mengangguk meyakinkan dirinya sendiri bahwa sesuatu yang menurutnya aneh adalah nyata. Ia harus terbiasa. Ya, harus.

“Ayo,” ajak Matt yang menaiki keretanya terlebih dahulu. Disusul Damien, kemudian Daves.

“Kenapa kalian lama sekali?” tanya Chris membuat Daves merasa deja vu. Bukankah ini pertanyaan yang kedua kali untuknya?

Daves mengedik seraya duduk di samping Chris tanpa berkata-kata. Tampaknya ia terlalu malas menjelaskan. Toh, Chris juga bukan manusia yang begitu penasaran dengan urusan orang lain. Kalaupun genting, pastilah orang lain duluan yang akan memberitahunya. Bukan berarti Chris tak acuh dengan sekitar, ia hanya tidak suka membebani pikirannya dengan banyak hal. Ia akan peduli sesuai pada waktu dan tempatnya, begitu yang Daves tahu.

CanistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang