Dear me 2. Rasa Sakit

14 4 0
                                    

Hari-hari penuh penindasan berlanjut. Vanilla menjadi babu mereka. Membelikan makanan, mengerjakan tugas, berlari antara kantin dan kelas agar menghindari pembulyan.

Tak sering juga ia mendapati pembulyan secara fisik, ketika Kayla and the geng, gabut. Ia disiram, dijambak, kursinya di taruh lem dan sebagainya. Penindasan dengan nafsu yang masih anak-anak membuat penderitaan Vanilla berat.

Hari ini ia basah kuyup. Karna tidak mau mengerjakan tugas Karin karena lelah, dan harus mengerjakan tugasnya yang juga belum rampung.

Karin membuang bukunya ke kolam ikan. Ketika Vanilla sedang sibuk mencari bukunya, Nadia mendorong Vanilla sampai sekujur tubuhnya basah oleh air kolam.

Ia pulang dengan wajah muram. Sebisa mungkin menghindari keluarganya agar tidak di interogasi. Bayangan di benak Vanilla, adalah ketakutan.

Ketakutan ketika mereka mengetahui ketika ia dibully. Ketakutan ketika masalah ini sampai kepada polisi. Vanilla tidak mau menambah beban lelah, dan penderitaanya lagi jika itu terjadi. Lebih baik ia jalani, Vanilla terus berdoa. Namun ia tidak berbuat apa-apa, karna memang ia merasa tidak bisa. Bahkan hanya untuk sekedar bicara.

Vanilla mandi. Ia kemudian tidur, berharap menemui kedamaian walau hanya setitik dalam tidurnya.

***

Hari-hari berlanjut.
Ia disuruh membeli makanan, disiram dengan air keran, sengaja di sengol sampai jatuh. Dan yang Vanilla bisa lakukan adalah menangis.

Ia menangis, karna kejelekannya.
Ia menangis karna tidak bisa berbuat apa-apa. Lemah, culun, dan bodoh. Mungkin pantas ketika Vanilla dilakukan seperti ini.

Kedua orangtua pun mulai bertanya. Ada apa dengan Vanilla? Makanannya tidak pernah habis. Senyum di bibir Vanilla pun semakin mengerut. Vanilla yang ceria dan riang gembira, kini seperti Vanilla yang tidak memiliki rasa.

Sampai pada suatu ketika.

"Tolong jangan! Jangan sakitin shiro!" Vanilla meronta. Berusaha melepaskan diri dari cengkraman Nadia dan Karin.

"Diem bego! Ini balesanya kalo lo main-main ama kita!!" Bentak Karin.

Vanilla putus asa. Ia melihat Shiro yang tak berdaya ditangan kanan Kayla. "Ini akibatnya lo udah berani laporin kita."

Kucing tak bersalah itu ditendang, dilempari petasan. Dan kini ia tidak berdaya.

Kenapa ...
Kenapa harus Vanilla.
Di sekian banyak orang yang ada di dunia ini, kenapa dia yang justru tidak memiliki suatu kelebihan pun yang mengalami penderitaan. Bahkan teman satu-satunya kini dibuat tersiksa.

"Kay, lo di panggil ibu sonya tuh." ucap Gery yang baru saja tiba. Tidak ada tatapan iba dari cowok itu. Matanya justru menyorot rendah.

"Udah lo bertiga di panggil. Lepasin aja kali, paling dikit lagi tuh kucing mati." Ucap Gery tak peduli.

Vanilla kembali mendelik ketika Shiro di lempar ke dinding. Sampai kucing itu terdengar menjerit. Karin dan Nadia melepaskan Vanilla.

Setelah mereka pergi. Vanilla dengan segera menghampiri Shiro. Ia berlutut dan memeluk tubuh kucing putih yang terlihat sekarat itu.

"Shiro ... Kenapa harus kamu."

"Ja...  Jangan mati dulu yah Shiro. Aku bawain kamu ke dokter."

Dear MEWhere stories live. Discover now