# MA-AF

486 80 8
                                    

"Oke udah rampung kalo kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke udah rampung kalo kayak gini. Mau lo baca lagi, Vin?"

Davin yang masih mematung dengan perkataan Lala yang menusuk hatinya soal kerjasama enggan menjawab. Ia malah lebih memilih memandangi gadis dihadapannya dengan tatapan bingung. Sebenarnya ada apa dengannya? Ada hal yang tidak beres dengan dirinya.

"Vin?" Lala melambai-lambaikan tangannya dihadapan Davin. "Astaga, ngelamun lo."

Kedua jari Lala menyentil dahi sang pria, membuat Davin kembali kepada atmosfirnya. Davin meringis kesakitan. Kekuatan gadis dihadapannya boleh juga.

"Gimana-gimana, La?" Davin menatap layar laptop yang sudah disuguhkan oleh partnernya.

"Ini naskah udah gue revisi. Mau lo baca lagi biar makin mantap?"

Davin menggeleng dengan mudah membuat Lala memicingkan matanya. Tak biasanya, Davin keracunan atau bagaimana, sih. Sifatnya berubah drastis setelah memakan pasta di restoran ini. Lala menjadi dapat ide akan selalu mengerjakan disini supaya Davin berubah menjadi jinak.

"Gue ngikut apa yang udah lo edit, La."

Setelah mengingat-ngingat kejadian tempo hari di restoran, Davin di selimuti rasa bersalah. Dia sendiri yang bilang bahwa ikut keputusan Lala tapi kemarin siang di Perpustakaan dia sendiri yang mengamuk tidak jelas karena naskah dikumpulkan tanpa sepengetahuannya.

"Goblok emang." Keluhnya seraya membenamkan wajah dibalik bantal.

Rasa bersalah dikolaborasikan dengan rasa malu kini makin memperparah perasaannya. Dalam batin, Davin tak henti menghujat diri sendiri atas hal bodoh yang ia ucapkan kepada Lala hingga membuat gadis itu menitikan air mata. Masalah gagal survey saja ngamuknya sampai membuat anak orang menangis, padahal bisa mereka re-schedule.

Wildan yang berbaring disebelah Davin bingung untuk menenangkan temannya. Sepulang kuliah Davin mengirimkan pesan kepada dirinya bahwa minta ditemani karena dirumah sendiri. Wildan yang sudah biasa akan hal itu santai saja. Namun ia tidak mengira bahwa temannya satu ini sedang uring-uringan. Terlebih ketika mengetahui alasan Davin menjadi seperti itu.

Davin menjelaskan detail kronologis bagaimana dirinya dan Lala beradu argumen hingga membuat Lala menangis pada akhirnya. Wildan kaget setengah mati hingga ia tak sadar sering mengucapkan kata 'bangsat' di setiap penjelasan Davin. Kagetnya Wildan bukan karena Davin yang terlalu kasar pada Lala, tapi ia kaget karena Davin 'bisa' merasa bersalah pada seseorang.

"Apasih yang lo pusingin, Bro?" Wildan akhirnya berani membuka suara.

Davin mengangkat wajahnya menatap Wildan dengan tatapan memelas. Wildan geli dibuatnya dan melemparkan bantal lain ke sang penghuni kamar.

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang