[31] MUSUH DI BALIK SELIMUT?

4.3K 674 119
                                    

Jangan lupa untuk vote dan coment!

Setelah bel istirahat berbunyi, Lea segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bel istirahat berbunyi, Lea segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Setelah itu, dia menghampiri Raskal yang sibuk memainkan ponselnya seraya mengunyah permen karet.

"Raskal," panggil Lea ketika gadis itu telah berdiri di hadapan Raskal.

Raskal mendongak, menatap Lea dengan satu alis terangkat. "Apa?" balasnya cuek.

Lea mengerucutkan bibirnya saat merasa diabaikan oleh Raskal. Laki-laki itu kembali sibuk memainkan ponselnya.

"Raskal marah sama Lea?" tanya Lea hati-hati. "Memangnya Lea salah apa sama Raskal, sampai-sampai Raskal jauhin Lea kayak gini?"

Raskal terkekeh sinis. Laki-laki itu bangkit dari duduknya, lalu pergi keluar kelas meninggalkan Lea yang menatap kepergiannya dengan mata berkaca-kaca.

Melihat Lea yang sebentar lagi akan menangis membuat Zia kasihan. Zia menutup bukunya, lalu berjalan menghampiri Lea.

"Ayo ke kantin," ajak Zia seraya menarik tangan Lea keluar kelas.

Lea hanya pasrah saja ketika Zia menariknya menuju kantin. Sesampainya di kantin, Lea bertemu dengan Leo dan juga teman-temannya.

Leo menahan tangan Lea ketika Zia hendak menarik kekasihnya menuju salah satu meja yang kosong.

"Dia bareng gue," ucap Leo menatap tajam ke arah Zia.

Zia dengan kesal melepaskan tangannya dari tangan Lea. "Fine. Sana bawa Lea," ketusnya, lalu pergi menjauh.

"Tuh, kan, Zia jadi marah," ucap Lea pada Leo. "Kamu sih!"

Leo mengedikkan bahunya tidak acuh. Lantas dia menyuruh Lea untuk duduk di kursi kosong, tepat disebelahnya.

"Mau pesan apa?" tanya Leo. Dia tahu bahwa hari ini Lea tidak membawa bekal seperti biasa.

"Emm, nasi goreng aja, deh. Tapi nggak pedes, ya?"

Leo mengangguk. Laki-laki itu menyodorkan uang lima puluh ribuan pada Aldo. "Nggak tuli, kan?"

Paham dengan apa yang dimaksud oleh Leo, buru-buru Aldo menerima uang tersebut. Setelah itu Aldo pergi memesan nasi goreng.

"Bobby, nggak bosen makan yupi terus?" tanya Lea penasaran. Sedari tadi gadis itu memperhatikan Bobby yang tampak asik bermain game sambil memakan yupi favoritnya.

Bobby menggelengkan kepalanya. "Nggak lah! Yupi itu ibaratkan seperti separuh nafas gue. Tanpa yupi? hidup gue terasa hampa."

Bobby berkata dengan dramatis membuat David menoyor kepalanya. "Alay lo!"

Lea terkekeh. Tidak dipungkiri oleh Lea bahwa teman-teman Leo sangat lucu. Tidak tahu saja Lea jika mereka akan menjadi sangar bila ada yang mengusik ketenangan mereka.

Drttt drttt

Ponsel yang ada di tangan Lea bergetar. Satu notifikasi pesan masuk dari orang yang tidak Lea kenal.

Unknown
Hati-hati, musuh dibalik selimut.

Lea mengernyitkan dahinya membaca pesan tersebut. Apa maksud dari pesan ini? Musuh dibalik selimut? Siapa?

Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Lea. Ketika dia mencoba menelpon nomor tersebut tanpa sepengetahuan Leo dan yang lain, tapi nomor itu sudah tidak aktif lagi.

Tidak lama kemudian, Aldo datang. Ditangannya memegang sekantung plastik pesanan Lea.

"Makasih," ucap Lea ketika Aldo menyodorkan pesanannya. Aldo mengangguk. Dia lanjut bermain game bersama Bobby.

Tiba-tiba Nakula bangkit dari duduknya ketika seseorang meneleponnya. Dia melangkahkan kakinya menuju tempat sepi dan menjawab panggilan tersebut.

"Itu si Nakula mau kemana?" tanya David pada teman-temannya.

Bobby mengedikkan bahunya. "Paling juga ke toilet."

"Gue curiga sama Nakula. Akhir-akhir ini dia sering banget di telepon, terus langsung menjauh waktu angkat teleponnya. Apa jangan-jangan, dia udah punya cewek, ya?" ucap Aldo mengungkapkan pendapatnya mengenai sikap Nakula akhir-akhir ini.

"Gue setuju sama pendapat lo," timpal David.

"Biarin lah, harusnya lo bersyukur Nakula deket sama cewek. Jadi tuduhan lo kalo Nakula itu gay, terpatahkan," balas Bobby.

Aldo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya juga, ya. Pinter lo, Bob!"

Leo tidak fokus dengan pembicaraan teman-temannya. Sedari tadi dia hanya fokus memperhatikan Lea yang sedang makan begitu lahapnya. Mungkin gadis itu benar-benar lapar.

"Pelan-pelan makannya. Nggak ada yang mau ambil makanan lo," ucap Leo seraya mengusap bibir kanan Lea yang terdapat butiran nasi.

Uhukkk uhukk

Lea tersedak lantaran terkejut membuat Leo refleks memberikan botol air mineral yang tutupnya sudah di buka pada Lea. Kemudian, Lea langsung meneguk air mineral tersebut dengan terburu-buru hingga menyisakan setengah.

"Udah?" tanya Leo ketika Lea menyodorkan botol tersebut padanya.

Lea mengangguk. Matanya sedikit berkaca-kaca karena tenggorokannya menjadi perih karena tersedak.

"Habisin makanannya," ucap Leo dibalas gelengan kepala oleh Lea.

Satu alis Leo terangkat. "Kenapa?"

"Sakit," ucap Lea seraya menunjuk tenggorokannya.

Leo menghela nafas. "Habisin. Mau gue suapin?"

Belum sempat Lea menjawab, Leo sudah menyodorkan sesendok nasi goreng padanya. Pada akhirnya Lea tidak menolak suapan Leo dan menghabiskan nasi goreng tersebut hingga tandas.

"Uwu phobia gue," ucap Aldo seraya memberikan gerakan kejang-kejang.

David tersenyum pahit. "Nasib jadi jomblo."

"Kapan, ya, gue bisa kayak gitu?" ucap Bobby mendramatis melihat keromantisan Leo dan Lea.

TBC

TBL TBL TBL
TAKUT BANGET LOH😭

help me, guys. aku kena writer block:(
mungkin 5-7 part lagi cerita ini tamat, tapi aku kehabisan ide. outline yang sempat aku buat pun nggak membantu sama sekali 💔

ada yang mau kasih ide atau saran?
sampai saat ini aku masih bingung, sad ending atau happy ending.

aku bakalan terima kasih banyak buat kalian yang mau kasih aku ide atau pun saran. part-part sebelumnya pun masih banyak kesalahan, akan aku revisi setelah tamat.

semoga bertemu di part selanjutnya, babay ( ◜‿◝ )♡

ANTALEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang