#1* It's me

112 45 126
                                    

Langit, Tanah, Laut, Bumi, Menyimpan kenyataan yang terselubung oleh ruang dan masa. Suatu tindakan manusia, seolah menyimpan sejuta rahasia tak terduga. Sebuah peristiwa dapat membuat dunia terselimut oleh awan kegelapan, membuat suatu rangkaian kejadian yang saling berhubungan. Kapan? Dimana? dan siapa yang melakukannya, hanya waktu yang dapat menjawabnya. Inilah yang di sebut MISTERI....

--------------- // ---------------

Mentari bersinar di pagi yang cerah ini. Kilauan sang surya, melewati celah jendela kamar yang tertutup dengan tirai jendela berwarna putih. Angin berhembus, seolah-olah mengikuti alunan kicauan burung yang bertengger di atas dahan pohon cemara. Seorang gadis belia yang cantik, terlihat sedang mengarungi bahtera mimpi dengan nyenyaknya. Dunia seakan berpusat di satu titik, mata nya yang indah, rambutnya panjang bergelombang, dengan kulit yang tidak terlalu putih, tinggi nya sekitar 157 cm.

"chika, eh bangun sudah pagi!!!" ya, namanya chika. Chika anandita, gadis berusia 14 tahun yang duduk di bangku kelas 9 sekolah menengah pertama.

"five minutes again kak Bayu" chika masih merasa malas untuk bangun. Maklum, dia semalaman memikirkan teori untuk bahan cerpen misterinya.

"cepat bangun!!! atau kakak siram nih pakai tepung terigu" ancam kakak chika yang bernama Bayu. Padahal jelas-jelas dia tidak membawa tepung di tangannya.

Chika yang mendengar hal itu, langsung beranjak dari kasurnya. Tapi bukan karena takut akan ancaman kakaknya. Dia malah langsung pergi ke dapur, dan membuka tempat penyimpanan tepung. Chika langsung mengatakan kepada kakaknya

"gimana caranya kakak nyiram tepung ke aku, sedangkan kita gak punya tepung"

Bayu yang mendengar hal itu, tertegun sejenak dan malah tertawa menjadi-jadi. Dia lupa jika adiknya memang tidak bisa diajak bercanda. Chika memang orang yang bisa dibilang polos namun serius dalam segala hal.

Chika melihat sekilas kakaknya yang menurutnya 'gak jelas' itu, lalu meninggalkannya menuju kamar mandi dengan muka datar. Seolah-olah tadi tidak terjadi apapun. Bayu yang melihat kelakuan adiknya hanya bisa bergumam "aneh...."

****

Setelah tadi sempat berdebat dengan kakaknya, Chika akhirnya sampai di sekolahnya. Belum sempat chika masuk ke dalam gerbang sekolah, Bayu yang mengantarkan chika berteriak kepadanya.

*POV CHIKA ON*

"Dek Chikaaaaaaaa, nanti kakak gak bisa jemput kamuuuu. Kamu pulang sendiri yaaaaaa" kakak pun memacu dengan kencang mobil honda jazz putih yang dikendarainya. Aku langsung masuk ke dalam gedung sekolah menuju ke arah kelasku, sambil termenung.

Kakak selalu saja memperlakukanku seperti anak kecil. Bukannya aku tidak suka, aku hanya merasa tidak nyaman saja. Namun, kakak lebih baik daripada ayah dan ibu yang selalu memperlakukanku layaknya seseorang yang tidak bisa mandiri. Setiap hari, aku harus menerima ceramah dari mereka berdua. Untung ada kak Bayu yang selalu membelaku di saat ayah dan ibu memarahiku.

Sesampainya di kelas, aku mengambil penghapus papan untuk membersihkan 'sisa makanan kemaren' yang mana terdiri dari menu angka dan variabel. Belum selesai menghapus papan, tiba-tiba Nindi datang dengan tergesa-gesa menuju ke arahku.

"Chika cepetan ke ruang OSIS, ada sebuah kecelakaan kecil di-disana" Nindi menyampaikan kabar dengan napas yang masih terengah-engah.

Tanpa berpikir panjang, aku berlari menuju ke ruang OSIS. Yang dikatakan Nindi benar, di sana ada seorang siswi yang tangannya berdarah. Lukanya cukup dalam, sepertinya ini bekas goresan.... Ah tidak ini terlihat seperti goresan pisau. Tu-tunggu, tidak mungkin pisau!!! Tidak salah lagi, Cutter.

"dek, punya siapa cutter nya? Kenapa kamu bisa kena gores begitu?" aku bertanya kepada adik kelas tersebut. Siswa petugas UKS terlihat sedang menutupi lukanya dengan perban.

"cutter? Be-benar juga ini terlihat seperti bekas goresan cutter. Sebenarnya aku juga tidak tau kenapa bisa aku kegores cutter gini. Aku tadi, sedang menuju ke kelas ku yang berada di sebelah kanan ruang komputer" jawab adik kelas itu sambil mengusap air matanya.

"Nindi, ruang komputer dimana?" aku bertanya sambil berbisik kepada Nindi

"Itu lohhh yang ada di sebelah kiri nya Ruang Seni. Udahlah chika, kasihan adeknya masih trauma. Jangan di kasih pertanyaan dulu" Nindi menjawab pertanyaanku sambil mengomeliku.

Saat ini TKP hanya ada 6 orang. Yaitu aku, Nindi, si korban, ketua OSIS, dan dua siswa petugas UKS. Tu-tunggu maksudku 8 orang.... kenapa aku tidak memperhatikan mereka. Aku langsung menuju ke arah orang yang sempat ku abaikan keberadaannya. Aku langsung berbisik kepadanya....

"ada apa? Merasa bersalah?"

"loh kenapa kamu nuduh aku? Kan bukan Cuma aku yang ada di sini. Dia tuh, siswi yang lagi belajar seni musik di ruangan yang sama denganku, juga dari tadi ngeliatin kalian" ucap anak laki-laki tersebut yang masih memakai celemek yang terdapat banyak bekas cat.

"ketua OSIS, dia pelakunya!!!" aku berteriak di depan semua orang.

Semua orang tertegun mendengar ucapanku. Sang ketua OSIS pun mengintrogasi anak tersebut. Benar saja, setelah dibanjiri oleh sekian banyaknya pertanyaan, akhirnya siswa yang masih seangkatan denganku, mengakui kesalahannya. Dia pun meminta maaf dan menjalani konseling oleh guru BK.

****
Bel istirahat berbunyi, aku dan Nindi berniat pergi menuju kantin. Namun, sepertinya Nindi masih penasaran dengan kejadian tadi pagi.

"btw.... eh, Chika. Kok kamu bisa tau sih, klo pelakunya anak yang tadi itu?" Nindi melayangkan sebuah pertanyaan yang bisa dibilang 'tak berbobot'kepadaku. (menurut Chika tak berbobot T_T).

"Ohhh itu, mudah saja...."



Huhu penasaran kan, apa yang membuat Chika mengetahui klo pelakunya tuh siswa tadi :)

Silahkan klo mau kasih voment atau krisar. Ini masih perkenalan kemampuan tokoh yaa. Belum masuk ke konflik utamanya. Sumpah ini pertama kalinya aku mikirin teori sederhana secara dadakan :v

#ASY ASPS

MASIH RAHASIA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang