Bab 58. Pernikahan yang membahagiakan

43 11 0
                                    

Hari minggu yang dinantikan pun tiba, hari ini hari yang sangat penting untuk Amara, yang mana merupakan hari pernikahan papanya dan Bu Nindi, dalam benaknya tak pernah terbersit sama sekali jika kini papanya itu sudah menemukan wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya, terkadang ia sering tersenyum sendiri jika mengingat bagaimana pertama kalinya papanya mengenalkannya pada Bu Nindi.
Dulu sebelum mengenal Bu Nindi ia sangat khawatir, karena papanya tak pernah begitu serius dan selalu dikecewakan oleh wanita yang pernah dekat dengannya.

Namun, kini ia merasa sangat bahagia dan beruntung, karena Bu Nindi adalah wanita yang tepat untuk papanya, tatapan mata penuh kelembutan dan aura keibuan dari raut wajahnya, merupakan hal terindah yang bisa dilihat Amara dari sosok gurunya itu. Amara yakin sekali papanya akan bahagia bersama Bu Nindi.

Pagi itu, Arya sudah rapi dan bersiap menghadapi hari yang penting dalam hidupnya, meski wajahnya terlihat agak tegang, dengan berbalut jas hitam membuatnya tampak semakin tampan dan gagah. Berdiri menghadap cermin mematut dirinya sendiri. Meskipun pernikahannya tak bisa dihadiri ayahnya, tapi tidak menutupi rasa bahagia dari hatinya, saat ini karena kakeknya Amara masih berada di luar negeri dan belum berencana untuk kembali ke tanah air. Sehari sebelumnya ia sudah melakukan panggilan video dan juga telah mendapat restu darinya.

"Papa ganteng banget, Ara sampai pangling lihatnya," tersenyum kecil saat Amara masuk dan mengahampiri papanya.

"Kamu bisa aja... tapi putri papa juga cantik banget, tuh lihat!" Arya menunjuk pada cermin besar yang tergantung di dinding ruangan.

Untuk sejenak Amara berbalik menatap ke arah cermin, tersipu melihat bayangan dirinya di sana. Kemudian kembali menatap papanya, memegang kedua tangan kokoh yang selalu memberinya belaian kasih sayang, dan menghapus airmatanya dikala ia sedang menangis, terasa dingin dan agak gemetar, mungkin efek dari rasa tegang karena akan segera memulai hari yang paling bersejarah.

"Pa... "

"Iya, sayang."

"Ara ikut merasa bahagia banget buat papa, papa sama tante Nindi pasti bahagia selalu," tersenyum menatap mata hitam pekat di depannya.

"Terimakasih, sayang... papa memang sangat bahagia hari ini." Arya memeluk putrinya itu dengan penuh kasih.

"Mas... sudah siap? Kita harus segera berangkat," terdengar suara Arga yang sudah berdiri di belakang keduanya, Arga sendiri terlihat tak kalah tampan dari kakaknya itu.

"Ya sudah, ayo kita segera berangkat," Arya menggandeng tangan Amara dan mengikuti langkah Arga yang sudah lebih dulu keluar.

Akhirnya ketiganya berangkat menuju gedung yang sudah disiapkan untuk acara pernikahan serta resepsi yang akan digelar setelahnya, di sana juga terlihat keluarga Bu Nindi sudah menunggu kedatangan pihak pengantin pria.

Amara yang sudah mengundang sahabat-sahabatnya tak sabar untuk melihat ekspresi mereka, ketika melihat siapa mempelai wanita papanya nanti, kecuali Panji yang tidak akan terkejut, karena ia sudah memberitahunya jika papanya akan menikah dengan Bu Nindi.

Luna dan Rayn datang secara bersamaan, disusul Imel, tampak pula Maya dan Panji yang hadir bersama Om Dimas dan tante Mia yang merupakan papa dan mamanya, karena minggu ini mereka sedang libur. Bahkan Panji masih sempat mengedipkan sebelah mata padanya ketika memandangnya dari jauh, entah apa yang ada di pikirannya saat melihatnya memakai lacedress warna putih seperti sekarang, yang pasti Amara sudah cukup terpana saat melihat cowok itu dengan setelan jas yang rapi, bukan dengan seragam sekolah seperti biasanya, sangat keren dan tampan.

Rianti yang sudah hadir tersenyum ketika Arga menghampirinya dan menggandeng tangannya untuk bergabung dengan Amara dan Arya, meski terlihat agak canggung, tapi senyum di wajahnya tetap bersinar seakan ikut merasakan kebahagiaan untuk Arya.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang