TIGA PULUH EMPAT

377K 54.3K 29.6K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

Biar agak lamaan, aku mau tambahin targetnya. HAHAHAHA!

3000 vote + 5000 komen untuk next

                                    ****

         Absen dulu pakai umur kalian!

                                    ****

"ANJING!"

Mendengar umpatan keras dari Areksa membuat 5 cowok ; Samuel, Marvel, Marvin, Canva, dan Farzan yang sudah bersiap untuk melajukan motor itu pun menoleh ke belakang. Mereka semua kaget bukan main saat melihat Areksa yang tengah memegang tubuh Ilona yang tengah merintih kesakitan.

Samuel yang panik itu langsung membuang motornya hingga ambruk ke atas aspal. Ia menghampiri Areksa dan Ilona dengan cepat. Begitu pun yang lainnya.

"Bangsat, Ilona kenapa bisa begini?" tanya Samuel panik setelah melihat bahu Ilona yang tertancap sebuah pisau.

Areksa menggeleng. "Gue nggak tau. Ini sengaja dilempar dari jauh dan Ilona yang jadi sasarannya."

"Cepet panggil siapa pun yang lewat pakai mobil," titah Samuel cepat.

Marvin mengangguk. Cowok itu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa apakah ada mobil yang akan melewati mereka.

"Ini gimana nih? Gue bingung anjir, pisaunya dicabut apa nggak?" tanya Canva kelimpungan. Beberapa kali cowok itu meringis melihat darah yang mengucur dari bahu Ilona.

"Jangan sembarangan cabut luka tusukan," peringat Marvel dengan tatapan tajamnya ke arah Canva. "Pendarahannya makin hebat kalau lo lakuin itu."

Samuel mengangguk. "Bener kata Marvel."

"Kalau emang pisau ini dilempar, terus orangnya mana?" tanya Farzan tak paham.

"Ya kaburlah, Goblok!" balas Canva sedikit merasa kesal. "Udah kayak cacing aja mainnya gesit banget."

Ilona memejamkan matanya menahan rasa sakit yang menjalar di bahunya. Gadis itu limbung ke dalam pelukan Areksa karena tidak sanggup melihat darah yang terus mengucur di bahunya. Ringisan pelan pun tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.

"Eksa ... sakit ...," lirihnya terdengar memilukan.

"Tahan bentar, Na. Jangan tidur dulu, ya? Gue nggak mau lo kenapa-kenapa," ujar Areksa mencoba untuk menenangkan Ilona yang merasakan sakit yang begitu hebat.

"PAK! PAK! BERHENTI, PAK! DARURAT!" teriak Marvin yang sudah berdiri di tengah jalan untuk menghadang sebuah mobil putih yang hendak melintas. Mau tidak mau pemilik mobil itu pun menghentikan laju kendaraannya. Dengan cepat Marvin mengetuk kaca mobil itu.

"Ada apa, Dek?" tanya seorang bapak-bapak berumur sekitar lima puluhan tahun setelah membuka kaca mobilnya.

"Temen saya ada yang luka dan harus cepet-cepet dibawa ke rumah sakit," balas Marvin cepat.

Bapak itu membulatkan matanya. Ia menoleh ke arah Areksa dan Ilona yang masih berdiri di samping motor. "Ayo bawa masuk ke mobil saya aja, Dek," ujarnya.

Marvin mengangguk. Ia pun kembali menghampiri sahabat-sahabatnya. "Bawa Ilona masuk ke sana, Sa. Biar kita-kita ikutin kalian dari belakang," ujarnya.

Areksa mengangguk. Tanpa lama-lama, ia segera membopong tubuh Ilona untuk dibawa masuk ke dalam mobil milik bapak-bapak itu. Sementara yang lainnya juga bersiap-siap untuk mengikuti mobil yang membawa Areksa dan Ilona dari belakang.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang