12. Problem

33.5K 4.8K 563
                                        

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

....








Jeno menghentikan motornya di depan pagar tinggi rumah milik orang tua Bubu-nya. Menatap ke arah rumah mewah tersebut lalu melepas helmnya dan meletakkannya distang motor.

Sebenarnya Jeno malas untuk datang ke sini jika tidak karena bujukan bubunya serta Mark, karena percuma juga ia datang karena dirinya tak pernah dianggap oleh kakek dan neneknya. Tidak seperti Mark yang sangat disayang oleh kedua orang tua Taeyong.

"Den Jeno baru datang? Itu motornya kenapa gak di masukin ke dalam aja?

Jeno tersenyum kecil kepada Pak Agus yang tengah membukakan pintu pagar untuknya.

"Gak apa-apa pak, biar di luar aja. Bapak lihatin aja tolong. Motor kesayangan saya itu pak, sedih saya kalau sampai hilang."

"Kalau sayang atuh ya di bawa masuk."

"Hehehe." Jeno hanya tertawa menanggapinya. Bukannya Jeno tak ingin membawa motornya masuk ke istana milik kakeknya ini, tapi ia tak ingin mencari masalah nanti dengan kakeknya jika melihat motornya terparkir di halaman rumah.

Sudah dikatakan di awal jika kedua orang tua Bubu-nya itu tak menyukainya, jadi apapun yang Jeno lakukan akan tampak salah di mata keduanya.

"Jeno masuk dulu ya pak. Motor saya jangan lupa dilihatin." Pesan Jeno.

"Siapa 86 den."

Jantung Jeno berdetak dengan cepat saat kakinya mulai mendekati pintu utama rumah kakeknya. Menghela napas dalam, tangannya terangkat mengetuk pintu rumah tersebut.

"Eh den Jeno udah datang, masuk den. Udah di tungguin sama yang lain." Ucap Bik Asih, pembantu di rumah kakeknya.

Yang nungguin paling bang Mark sama bubu doang. Kakek sama nenek mana peduli gue datang atau gak.

Langkah Jeno terhenti saat mendengar perkataan kakeknya.

"Kakek bangga sama kamu, jadi anak harus kayak kamu ini pintar, berprestasi. Bukan bikin ulah mulu kayak adik kamu itu, kerjanya tawuran sama balapan. Mau jadi apa dia nanti."

"Papa!"

"Apa? Mau belain anak kamu itu? Seharusnya kamu didik dia biar bener, kayak kakak nya ini. Kalau gak bisa-bisa kamu kayak papa dan mama, punya cucu saat anaknya belum tamat sekolah."

Tangan Jeno terkepal erat lalu memilih membalikan badannya dan melangkah pergi dari sana. Untuk apa dirinya disana jika yang di dengarnya nanti hanya penghinaan.

"Cukup ya Pa. Gak seharusnya papa ngomong kayak gitu tentang Jeno, apalagi didepan Mark." Berang Taeyong. Ia melirik ke arah Mark yang tampak tak nyaman.

"Papa kamu hanya takut apa yang terjadi ke kamu terulang lagi ke anak kamu itu, apalagi sifat kalian gak jauh beda. Suka seenaknya."

"Ma, anak aku punya nama. Namanya Jeno. Dia juga cucu kalian sama kayak Mark. Aku emang ngelakuin kesalahan dulu tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya ngomong hal jelek tentang Jeno. Aku yang ngelahirin Jeno dan aku tau apa yang terbaik buat anak aku."

Lovely | Jaeyong (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora