TIGA PULUH LIMA

376K 55K 28.8K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

Biar agak lamaan, aku mau tambahin targetnya. HAHAHAHA!

4000 vote + 5000 komen untuk next!

Itu yg ga mau vote, aku sleding palanya! Coba kamu nulis kata 'aku' seribu kali aja. Pasti susah kan? Tanpa copy paste ya.

Tolong hargai selagi kamu baca cerita ini!

Tolong hargai selagi kamu baca cerita ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anaknya Bobo sama Zares

*****

Ruang rawat inap Ilona kini dikunjungi oleh Areksa dan Samuel, Arseno dan Clarissa, juga David dan Kiara yang merupakan orang tua Samuel. Mereka semua menjenguk Ilona supaya gadis itu tidak merasa kesepian juga ingin membahas beberapa hal. Areksa dan Samuel sudah diizinkan untuk tidak bersekolah hari ini oleh David selaku pemilik yayasan SMA Taruna Bakti.

Clarissa yang baru saja selesai menyuapi Ilona bubur dari rumah sakit itu beralih membantu gadis itu untuk meminum obatnya. Wanita itu benar-benar telaten dan menganggap Ilona sebagai anaknya sendiri.

"Cepat sembuh, ya, Sayang." Clarissa tersenyum sembari mengelus puncak kepala Ilona.

"Makasih, Tante," balas Ilona dengan senyuman manisnya.

Clarissa mengangguk. "Sama-sama, Calon Mantu," balasnya kemudian terkikik geli.

Semua yang mendengar itu pun bersorak heboh untuk meledek Ilona dan Areksa yang sama-sama menahan malu. Kedua pipi pasangan remaja itu pun memerah.

David menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu. Pria itu berdeham lumayan kencang membuat mereka semua terdiam seraya menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Samuel udah cerita sama saya mengenai teror yang mengancam Ilona," ujar David mulai fokus pada inti pertemuan mereka. "Sebelum semua ini makin parah, kita harus mulai menyusun rencana." Ia menepuk pelan pundak anaknya yang duduk di samping kirinya.

Areksa terlihat serius mendengarkan pembicaraan David. Seolah-olah tidak ingin melewatkan satu kata pun yang pria itu ucapkan. "Om punya ide?" tanyanya.

David mengangguk. "Soal itu tidak usah ditanya. Om ini ahlinya waktu masih muda dulu."

Kiara menyenggol lengan suaminya yang sedikit menyombongkan diri itu. David hanya membalasnya dengan kekehan ringan. Pria itu merogoh saku jas hitam yang dikenakannya untuk mengambil sebuah benda kecil di dalam sana.

"Alat penyadap suara?" tanya Areksa setelah melihat benda yang David tunjukkan pada mereka.

David mengangguk sebagai jawaban. "Pasang benda ini di markas kalian. Kita bisa pantau dari jarak jauh."

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang