Episode 16

869 102 35
                                    


"Ryujin...bangun..."




"Hhngg!!"




"Hei...bangun!"




Ryujin membuka matanya perlahan saat merasakan tepukan di pipinya. Ia mengucek matanya sebentar lalu duduk di atas ranjang. Dengan pandangan yang masih mengabur, Ryujin menengok ke arah sosok yang baru saja membangunkannya. Mata Ryujin yang sebelumnya menyipit langsung membulat sempurna, jantungnya berdegup kencang dan pikirannya seketika buyar. Ryujin tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Ryujin menengok kesana kemari memastikan bahwa ini memang nyata bukan hanya sekedar ilusi.



"Kenapa kau memandangiku seperti itu??"



Sekali lagi Ryujin mengucek matanya, tetapi entah kenapa pandangannya seketika meredup dan berubah menjadi abu-abu yang amat pekat.



"Kamu baik-baik aja kan??"



Tenggorokan Ryujin tercekat setelah melihat senyuman cantik itu, pandangannya berubah menjadi kegelapan yang amat mengerikan. Bibir Ryujin menganga mendengar suara asing yang menggantung di langit-langit kegelapan. Suara siapa itu?



Ryujin berdiri dan dengan langkah ragu ia mendekati sosok yang saat kini tengah berdiri di depan ranjangnya, ia semakin bergerak mendekat mengikis jarak, sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah cantik sang jelita. Ryujin menangkup kedua pipi halusnya lalu mengisyaratkan hal-hal yang tidak pernah ia sangka selama ini. Sang jelita hanya diam dengan wajah kebingungan, tetapi sesaat ia mengangguk seolah-olah mengerti dengan isyarat tersebut. Sang jelita tersenyum manis lantas mengecup pipi Ryujin sekilas.



Mata Ryujin kembali mengerjap. Sebenarnya apa yang terjadi?? Seseorang tolonglah aku, hilangkan semua sandiwara ini. Ini tidak lucu!!




"Ini beneran kamu??"




Ryujin semakin dalam menatap netra rusa sang jelita yang sangat ia rindukan. Tetapi entah kenapa senyuman manis di wajah sang jelita perlahan hilang. Berganti dengan wajah murung yang jarang sekali Ryujin lihat selama ini. Sang jelita melebarkan kedua tangannya seolah meminta pelukan. Ryujin menurut dan langsung menarik sang jelita ke dalam pelukannya, sangat erat. Dan seketika air matanya ikut keluar. Ryujin berusaha menguatkan topangan kaki untuk tetap berdiri tegap di depan sang jelita walaupun sebenarnya ia sudah tidak kuat.




Sang jelita melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Ryujin dengan raut khawatir. Pandangan sang jelita berubah sendu, ia menggeleng pelan lantas mengusap rambut Ryujin yang lusuh, kemudian bergerak turun mengelap air matanya yang sudah menetes beberapa kali, dan memaksa Ryujin agar tetap tersenyum.




"Lia..."



Lia menurunkan tangannya, lalu kembali tersenyum ketika Ryujin memanggil namanya. Ryujin ikut tersenyum meskipun matanya masih berkaca-kaca, setidaknya senyum yang ia harapkan terpancar kembali.

 Conscience • JINLIA [✓]Where stories live. Discover now