TIGA PULUH DELAPAN

386K 47.9K 19.1K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

4000 vote + 5000 komen untuk next!

Komen tiap paragraf, ya! 😍

KASIH EMOT DULU UNTUK PART INI!

KASIH EMOT DULU UNTUK PART INI!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Sudah 10 hari setelah tragedi penusukan waktu itu, kini Ilona sudah bisa menjalani hari-hari seperti biasanya dengan perban kecil di bahunya. Gadis itu tersenyum lebar tatkala semilir angin meniup lembut permukaan kulitnya. Pagi ini, langit terlihat begitu cerah. Kicauan burung pun tidak ingin ketinggalan untuk ikut meramaikan pagi hari Ilona.

"Cepet ke kelas atau mau gue hukum?" ujar Areksa yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. Lima menit lagi bel berbunyi tetapi Ilona masih setia berdiri di tengah-tengah lapangan tanpa rasa malu sedikit pun.

"Mau dihukum," balas Ilona cengengesan.

Areksa berdecak sebal. Ia merangkul kekasihnya itu secara paksa untuk dibawanya menuju kelas. Ilona berusaha memberontak tetapi Areksa terlihat tidak peduli. Beberapa murid pun tidak ingin ketinggalan untuk menyaksikan kelakuan keduanya yang terlihat menggemaskan di mata mereka semua.

Sampainya di depan kelas Ilona, Areksa langsung menyuruh gadis itu masuk. Ia tersenyum melihat wajah Ilona yang tertekuk sebal. Gadis itu terlihat lucu jika sedang cemberut seperti itu.

"Belajar yang bener, Cantik." Areksa menepuk puncak kepala Ilona kemudian merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

"Jangan banyak tingkah. Nanti tangannya sakit lagi," lanjut Areksa.

Ilona melotot. "Lo pikir gue anak kecil?"

Areksa terkekeh pelan. "Lo kan bayi gue, Na."

"Iya deh, Bapak Eksa," balas Ilona kesal. Meskipun begitu ia tetap merasakan kalau kedua pipinya kini memerah karena perlakuan Areksa.

"Na," panggil Areksa.

Ilona menatap cowok itu dengan pandangan bertanya.

"Mau cium, boleh?" tanya Areksa meminta izin.

"Eksa ... ada banyak orang. Jangan aneh-aneh, malu!" Ilona memegang kedua pipinya yang kian memerah.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang