The Reason

1.3K 114 2
                                    

Aneh, pikir Sarawat.
Dia tidak pernah sebahagia itu mendapat nomer telfon orang asing.

Dulu ketika Earn menyatakan perasaan padanya, dia memutuskan menerima karena menurutnya Earn gadis yang ramah, pintar dan tidak seperti gadis lainnya yang terlalu memujanya.
Sayang jika wanita seperti itu jatuh kepada laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti kebanyakan pria di sekitar kampus.
Sehingga Sarawat merasa ada tanggung jawab diri untuk menjaga wanita itu dengan baik.
Dia menyayangi Earn, tapi di hatinya tidak ada percikan perasaan seperti orang jatuh cinta.

Sudah satu tahun lebih mereka menjalin hubungan. Selalu adem ayem, tidak pernah ada pertengkaran, karena pada dasarnya mereka mengerti status masing-masing sehingga tidak ada salahpaham ataupun kecemburuan.

Untuk kecemburuan, Earn lah yang paling sering tersakiti karena tahu kekasihnya pria idaman di kampus dan ada beberapa yang mendukung mereka, ada juga yang tidak menyukai Earn karena cemburu. Tapi Earn tidak pernah marah dan berusaha menerimanya saja. Toh memang itu resiko berpacaran dengan Sarawat Gunthitanon.

Disisi lain, Sarawat tidak pernah cemburu pada Earn. Biarpun ada yang mendekati Earn, karena Sarawat yakin Earn tidak akan selingkuh darinya.
Dan lagi, mungkin karena perasaannya pada Earn biasa saja membuatnya tidak terlalu mempedulikan kedekatan Earn dengan pria lain.

Tapi baru kali ini, dia merasa bahagia bertemu dengan seorang seperti Tine yang tak lain adalah pria juga yang sama seperti dia. Anehnya dia ingin bersama pria itu terus, melihat senyumnya dan berjalan dengannya.

Sarawat pun tersenyum sambil sesekali melihat nomer handphone yang baru disimpannya.

'Aku ingin memastikan apa yang aku rasakan, Tine. Tunggu aku ya.' Itulah yang ada di pikiran Sarawat.

Malam pun tiba.

Sesuai janji, Sarawat menghubungi Tine lebih dulu.
Dering yang cukup lama membuatnya pesimis sebelum akhirnya  suara yang tak asing menjawabnya.
"Halo, phi?"
"Hai... ini Sarawat. Apa kau menunggu telfonku?"
"Hah? Tidak." 'Udah gila nih orang' pikir Tine.

"Hmm... aku ingin mengajakmu bermain gitar di klub musik."
'Buat apaan coba, main musik aja gue gak bisa.' pikir Tine, "Aku tidak bisa bermain musik, phi."
"Aku yang akan mengajarimu." jawab Sarawat.
"Kenapa harus aku?" jawabnya kesal.
"Karena kamu menumpahkan minuman ke bajuku dan itu hukumannya."
"Gak mau, phi. Aku cuciin aja bajunya na?" ucap Tine memelas.
"Kalau kau tidak mau, aku akan menciummu besok di depan orang banyak."

"HAH???" Tine tersentak, 'Gak waras dia'
"Besok temui aku di depan gedung klub musik jam 5 sore. Oke?"
"Eh..............."
"Kututup telfonnya." ucap Sarawat
Tak bisa berkata-kata, sambungan pun terputus dan Tine masih berdiri mematung.

Di tempat lain, Sarawat memutar mutar memainkan hapenya dengan raut wajah penuh kebahagiaan.

"Sampai ketemu besok, Tine Teepakorn." ucapnya sambil melihat layar hp.

——keesokan harinya——

Drt. Drt. Drt.
Sarawat melihat panggilan masuk di hapenya.
"Ada apa Earn?" sahut Sarawat yang belum beranjak dari kasurnya. Maklum hari ini dia hanya ada kelas siang.
"Nanti makan siang bareng ya, sayang?" ajak Earn dengan manja.
"Iya. Nanti aku langsung tunggu di kantin ya."
"Oke. Sampai nanti ya."
"Hm." Sarawat mematikan sambungan telfonnya.

Sarawat pun bersiap-siap untuk kemudian bertemu kekasihnya di kantin.
Ternyata dia sampai di kantin satu jam lebih cepat, akhirnya ia meminta Boss dan Man menemaninya dan memang mereka juga sudah bersiap ke kampus jadi tidak memakan banyak waktu untuk Sarawat bertemu mereka.

The Love so Pure ( Sarawat x Tine )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang