Dua puluh satu

1.5K 305 7
                                    


**
Sore menyapa, pentas seni dan bazar di Stars berjalan lancar. Acara bazar dan pameran sebentar lagi ditutup, sementara acara pentas seni masih akan berlanjut hingga malam.

Malam telah tiba, jam menunjukkan hampir pukul 10 dan acara akan ditutup tepat pukul 11. Sesuai yang telah di rencanakan, Kai dan teman-teman bandnya tampil sebagai penghibur acara sekolahnya. Di panggung sana, Kai dengan suara dan iringan musik dari teman-temannya membawa penghuni sekolah untuk melompat dengan semangat. Melepas lelah dan menggapai euforia.

Sementara yang lain menggapai euforianya dengan berdiri di tengah-tengah lapangan, Taehyun justru berdiri di sisi panggung yang jauh dari lapangan. Kedua matanya menatap sendu kearah Beomgyu yang kini memainkan gitar nya penuh semangat dengan senyum lebar yang sungguh menawan. Laki-laki itu tampak baik-baik saja, bukankah ia harusnya merasa bersalah?

Taehyun menghela napasnya, dilihatnya kedua kaki yang terlihat nyaman sekali menggunakan sepatu converse. Lagi, Taehyun menghela napasnya. Kali ini dengan kerutan di dahi.

Diam-diam Taehyun berpikir, apa benar Beomgyu menggunakan hal semacam pelet atau susuk? Jika benar, mungkin kah itu alasan dirinya tidak bisa berpaling dari Beomgyu sekalipun ia telah disakiti?

Taehyun berdecak, mengusir jauh hipotesis nya yang tidak masuk akal sama sekali. Namun sedetik kemudian, ia kembali berpikir. Sambil menatap Beomgyu dari kejauhan, Taehyun berpikir, mengapa dirinya bisa jadi bodoh begini? Kenapa dirinya bisa jatuh ke pesona Beomgyu begitu mudah dan membiarkan hatinya patah? Benar kata Kai, selama ini ia terlalu banyak memakai hati daripada logika.

Melihat sepatunya kembali, Taehyun memaki dirinya sendiri dalam hati karena tidak bisa membenci Beomgyu. Tapi, kalau kata Kai, tidak ada keseharusan untuk benci Beomgyu, 'kan? 

Ingin sekali ia memaki Beomgyu tepat depan muka. Menyampaikan segala rasa sakit dalam bentuk kata, tapi tidak bisa. Kecewa, iya. Kesal, iya. Tapi kalau disuruh memaki apalagi membenci, Taehyun tidak bisa.

Mengabaikan segala hal, termasuk keramaian di tengah lapangan sana, Taehyun melangkah ke atap. Kini posisi panggung jadi membelakanginya, sehingga Taehyun hanya bisa melihat kerumunan yang tengah menikmati lagu sambil bersorai.

Angin malam menyapa. Taehyun memasukkan kedua tangan kedalam saku hoodienya.

"Jung Hana, lagu ini gue nyanyiin khusus buat lo...."

Taehyun mengerutkan dahinya, di bawah sana suara Kai tidak lagi terdengar, tergantikan oleh suara seorang laki-laki bersama gitarnya tanpa iringan musik yang lain. Kerumunan itu juga tak lagi bersorai.  Laki-laki itu menyanyikan lagu Puppy Love dari Gani, apakah ini suara Beomgyu? Oh, bukan. Ini bukan suara Beomgyu.

Puppy Love...

Beomgyu....

Taehyun sibuk dengan pikirannya kembali, ia merasa pernah mendengarkan Beomgyu menyanyikan lagu yang sama dengan gitarnya.

"Jung Hana, gue yakin lo paham apa makna lagunya. So what's your answer? Hug me for 'yes', stay there for 'no'."

Kedua mata Taehyun kembali fokus menatap kerumunan, sepertinya sesuatu telah terjadi dibawah sana. Laki-laki itu telah selesai menyanyikan lagunya sejak beberapa detik yang lalu dan kini, ia bisa mendengar dengan jelas sorakan seperti 'cie' atau 'terima'.

Beberapa detik setelahnya, ingatan itu menyapa. Ingatan yang beberapa menit lalu, sibuk Taehyun cari. Ingatan tentang Beomgyu yang menyanyikan lagu Puppy Love di kamar laki-laki tampan dan cantik itu, tepat saat ia dan dirinya baru pulang dari kencan.

"Lo bisa nyanyi nggak? Mau gue nyanyiin lagu apa?" tanya Beomgyu sambil meraih gitarnya dekat meja belajar. Lalu duduk di sofa yang posisinya tepat di samping kasur dan berhadapan dengan lemari kaca.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang