26. ✓

11.1K 1.1K 11
                                    


Kafka menopang dagu, menatap malas Donny yang masih sibuk sisiran di depan cermin kamarnya.

"Masa kata Mama, kalo kita nggak sama-sama cowok mau mereka jodohin," cerita Donny sambil menyemprotkan parfum yang membuat seisi ruangan kamar di penuhi bau parfumnya.

"Bacot, buruan!" galak Kafka, mulai bad mood.

Kafka bukan tipe orang yang gampang marah, tapi untuk kali ini mungkin kalian akan setuju dengan alasan kemarahan Kafka. Bayangkan saja Kafka yang anak rajin selalu datang sekolah tepat jam 06.00, sekarang malah masih terjebak di rumah menunggu sepupunya ini yang sejak satu jam lalu belum kelar berdandan.

Hari ini adalah hari pertama Donny di menjadi murid baru.

"Sabar anjir, sensi bener. Lo pasti kena virus cewek lo itu deh," sahut Donny segera meraih tas sekolahannya.

Kafka melengos, mau berapa kali-pun di ingatkan Donny tetap akan menyebut Adelin sebagai pacarnya.

"Udah mau berangkat?"

Mereka berdua mengangguk.

Di undakan tangga mereka berpapasan dengan Papa, yang kebetulan niat awalnya memanggil dua anak bujang ini turun karena perintah sang Istri.

"Mah, udah pada mau berangkat nih!" teriak Papa cukup keras.

Mama berlari kecil dengan panik keluar dari dapur dengan nampan berisi gelas susu vanila juga cookies.

"Donny sini sayang, makan ini dulu sebelum berangkat," panggil Mama rempong.

Donny mengembangkan senyumnya segera turun, dan menghampiri sang tante.

"Buatan tante? Enak!" pujinya setelah menerima satu suapan cookies dari Ratna.

Ratna tersenyum bahagia, "Buatan tante tuh,"

"Donny buruan, hampir telat nih!" desak Kafka setelah meminum susu yang di siapkan Mama.

Donny mengangguk, meneguk buru-buru susunya dan segera menyusul Kafka, "Duluan tante, om!"

"Semoga hari pertamanya menyenangkan!" teriak Mama sebelum mereka berdua hilang di balik pintu.

Kafka segera menyalakan mesin mobilnya, hari ini dia membawa mobil padahal dia paling malas nyetir sendiri dan bawa mobil ke sekolah karena bisa lama keluar dari area parkiran. Tapi karena hari ini dia datang bareng Donny mau tak mau menuruti perintah Papa untuk bawa mobil, karena beliau belum mempercayakan Donny bawa motor sendiri mengingat cowok itu baru beberapa hari di Jakarta dan belum hafal betul jalan menuju sekolah, takut cowok itu nyasar.

"Si Adrian emang aslinya ganteng, atau cuman di foto doang?"

"Liat aja nanti," jawab Kafka malas.

Donny ini 11 12 dengan Adelin sama-sama bawel dan tak bisa diam.

"Si Naufal cindo ya? Soalnya dia kalo senyum matanya ilang, gemes gue," lanjut Donny mengingat-ingat wajah sahabat Kafka yang  satu itu karena Naufal sempat ke rumah dan berkenalan dengannya.

Kafka bernafas lega karena sudah sampai sekolah, jujur kupingnya panas mendengar ocehan Donny selama di mobil.

"Turun, setelah ini lo masih harus ke ruang kepsek," beritahu Kafka dan turun lebih dulu dari mobil.

Donny menyusul, menatap sekitar dengan takjub banyak murid yang berlalu lalang ada yang sendirian bahkan berjalan bersama teman, atau pacar.

"Gila, ceweknya bening-bening semua. Tau gini gue urus surat pindah lebih cepat anjir," sebalnya.

...

Mendengar Kafka datang satu mobil dengan orang lain, dan bukan Adrian atau Naufal membuat Adelin gelisah sendiri di tempat duduknya.

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang