Pertanyaan Satu Juta Dolar

1.7K 233 5
                                    


Malam itu, Jeongguk bermimpi menggendong bayi.

Dia memiliki dua mata bulat lucu yang terlihat persis seperti mata Jeongguk. Ocehan-ocehan tidak beraturan keluar dari bibir penuhnya yang mungil. Dua tangan gemuknya memberi isyarat agar Jeongguk raih.

Berkedip pelan, Jeongguk meraih salah satu tangan kecil itu dengan hati-hati. Senyuman kecil mengembang di sudut bibirnya saat bayi itu tertawa riang. Begitu lugu dan polos, permukaan kulit yang lembut dan empuk ....

"Waktunya kamu tidur, Dek," suara berat tiba-tiba menyela, membuat Jeongguk mengalihkan perhatiannya ke samping untuk mendapati sang suami datang membawa sebotol susu dengan seulas senyum menghiasi wajahnya. "Gantian kakak yang ngurus dedek bayi sekarang. Waktunya Adek istirahat."

Dengan hati-hati, Taehyung mengambil alih bayi dalam gendongan Jeongguk. Pria itu membuat suara-suara lucu menyerupai ocehan bayi. Pembawaannya membawa sentuhan kelemah-lembutan saat dia mengarahkan dot botol susu tersebut ke bibir si kecil.

Hanya ada kebahagiaan murni yang muncul di wajah pria itu, sesuatu yang jarang dilihat Jeongguk belakangan ini.

Sesuatu yang Jeongguk harapkan akan tetap ada di wajahnya, melengkapi keluarga kecil mereka,

sebuah keutuhan.

***

"Nanti malam kamu sibuk nggak, Dek?"

Di tengah-tengah kegiatannya melahap roti, Jeongguk mengalihkan pandang pada Taehyung yang tengah memandang layar ponsel dalam genggaman tangannya dengan dahi berkerut.

"Kenapa, Kak?"

Menghela napas dalam-dalam, Taehyung mematikan layar ponselnya, lalu menggerutu. "Mama udah bawel, nyuruh kita mampir makan malam. Kalau kamu nggak sibuk, kita mampir makan malam di rumah Mama."

Mengedikkan bahu, Jeongguk menjawab. "Nggak sibuk, kok, Kak."

"Kakak sendiri nggak sibuk?" tambahnya hati-hati, ekor mata memperhatikan reaksi suaminya itu dengan seksama.

"Kakak capek ditelepon terus sama Mama. Jadi, mau nggak mau terpaksa menyempatkan diri," jelas Taehyung, lelah. "Nanti jam lima kakak jemput, ya? Kamu standby."

"Siap, Kak."

Melihat gelagat Taehyung saat mengajaknya tadi pagi, Jeongguk tidak heran melihat wajah suram suaminya itu menjemputnya tepat pukul lima. Suasana hatinya bahkan tidak berubah sampai mereka akhirnya tiba di kediaman orang tua Taehyung setengah jam kemudian.

"Kita nggak usah lama-lama. Habis makan, pulang," ujar Taehyung sambil membuka pintu mobil.

Jeongguk mengikuti kemauannya dengan patuh, entah mengapa merasa bersalah saat sang ibu mertua membuka pintu dan terlihat begitu syok begitu mengenali siapa tamunya.

"My, my, Jeonggukie!" wanita paruh baya itu berseru, senang. Tangan kanannya terkepal di depan dada, sepasang mata berbinar oleh kegembiraan. "What a surprise!"

"Halo, Bunda," tersenyum lepas, Jeongguk maju untuk memeluknya. "Apa kabar?"

Nyonya Kim tertawa riang menanggapi pertanyaannya. "Bahagia sekali setelah bertemu Jeonggukie," sambil mengusap lengan Jeongguk, Nyonya Kim mundur ke belakang. Ditatapnya menantu yang jarang bertamu itu dengan seksama, secercah pemikiran tak terbaca melintasi iris matanya. "Oh, my. Perasaan Bunda aja atau memang kamu agak gemukan?"

Mengerling jahil, wanita paruh baya itu berbisik keras. "Udah isi ya?"

"Ma," Taehyung segera menyela percakapan yang mulai canggung tersebut. Wajahnya menunjukkan kesabaran yang tinggal di ujung, "bisakah kita pindah ke meja makan sekarang? Jeongguk datang ke sini tepat setelah kelasnya, dia pasti sangat lapar."

Out of The Blue by LittleukiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang