EMPAT PULUH TUJUH

407K 53.2K 150K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

8k vote + 15k komen untuk next!

Komen tiap paragraf, ya! 😍

ABSEN DULU PAKAI MAKANAN KESUKAAN KALIAN!

*****

Areksa duduk termenung di dalam kamarnya dengan posisi tubuh menghadap ke jendela kamarnya. Dari sana terlihat kamar Ilona yang berseberangan dengannya. Tidak bisa diukur lagi betapa rindunya ia pada gadis itu. Terbiasa bersama membuat Areksa merasakan ada sesuatu yang hilang pada dirinya ketika mereka dipisahkan.

Sejak pulang sekolah tadi, Areksa sama sekali tidak keluar kamar. Ia sangat ingin menemui Ilona. Bercerita bersama seperti biasanya. Namun, Areksa tidak bisa melakukan apa pun untuk sekarang.

"Sa? Kamu ada masalah apa? Akhir-akhir ini mama lihat kamu murung terus. Kenapa?" tanya Clarissa yang tiba-tiba datang ke kamarnya.

Areksa menggelengkan kepalanya pelan. Clarissa mengikuti arah pandang anak laki-lakinya itu. Setelah melihat objek yang ditatap Areksa, ia pun langsung paham.

"Kamu ada masalah sama Ilona, ya? Sini cerita sama mama. Siapa tahu mama bisa bantu kamu."

Areksa menghela napas berat. Ia menatap mamanya dengan sorot sendu. "Om Rean mau bawa Ilona pergi."

Clarissa mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Pergi ke mana?"

"Om Rean bilang, kalau Ilona deket terus sama Eksa, Ilona nggak bakalan bisa berubah. Dia mau bawa Ilona pindah kalau Eksa masih deket-deket sama Ilona," jawab Areksa mengutarakan kejadian yang sebenarnya.

Clarissa menepuk pelan pundak anaknya. "Om Rean ngancem kamu?" Anggukan dari Areksa itu membuatnya mendesah kesal.

"Kalau seandainya Eksa nggak nurut, Om Rean pasti bakalan sering main tangan sama Ilona. Eksa cuma nggak mau dia kenapa-kenapa, Ma," ujar Areksa.

"Ilona nggak tahu kalau kamu diancam sama papanya?"

Areksa menggeleng.

"Dia pasti mikirnya kamu jauhin dia karena kemauan kamu sendiri, kan?" Clarissa mengusap pipi Areksa dengan lembut.

"Yang penting Ilona nggak dibawa pergi. Kalau dia dibawa pergi, Eksa nggak bakalan bisa lihat dia lagi, Ma."

"Kamu cinta banget sama Ilona, ya?"

Kedua mata Areksa menerawang jauh ke depan. "Bahkan, Eksa rela lakuin apa pun biar Ilona bahagia."

Clarissa tersenyum hangat. Ia tahu kalau hati Areksa begitu tulus mencintai Ilona. Dari kecil, anaknya itu selalu memberikan apa pun yang dimilikinya hanya demi kebahagiaan Ilona.

Senyum di bibirnya tidak bertahan lama saat matanya tidak sengaja menatap sebotol obat kecil di atas nakas di samping tempat tidur Areksa. Dengan cepat ia mengambilnya.

"Sa? Kamu sering konsumsi obat tidur?" tanya Clarissa dengan wajah panik. Ia menggenggam sebotol obat itu kemudian ditunjukkan kepada Areksa.

"Maaf." Areksa menundukkan kepalanya dalam.

"Tanpa resep dokter?"

Areksa menganggukkan kepalanya.

"Eksa, itu bahaya. Kalau papa kamu tahu, dia bisa marah besar. Kenapa kamu sampai konsumsi obat tidur kayak gitu?" ujar Clarissa tidak suka.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang