Dunia kedua 05

8.1K 1.3K 75
                                    

Kevan dan Robby yang menghentikan pekerjaan mereka karena melihat Arin bekerja sendirian sedikit mengerutkan alis. Yang Mereka tau, untuk lahan yang dikerjakan Arin sekarang itu khusus untuk dua orang atau lebih, bukan untuk dikerjakan sendirian seperti itu.

"Akh...." Suara rintihan kesakitan terdengar membuat keduanya berhenti berfikir dan melihat ke asal suara.

Arin sedang memegang tangannya karena kesakitan, tangannya tidak sengaja tergores oleh permukaan alat bertani yang dipegangnya. Karena kulit Arin itu terlalu lembut, luka yang sedikit lebar dan dalam ini langsung mengeluarkan sedikit darah.

Pemilik tubuh yang digunakan Arin ini luar biasa sekali, berjemur di bawah sinar matahari tidak membuatnya menjadi gelap, tangan yang selalu mengerjakan pekerjaan kasar masih tetap halus, walau tubuhnya memiliki kekuatan yang bagus, hatinya masih tetap lembut dan baik.

Darah di tangan Arin yang awalnya sedikit, makin lama semakin banyak hingga menetes ke tanah. Arin dengan sigap menggunakan pakaiannya untuk menutupi luka tetapi malah membuatnya terlihat semakin mengerikan, karena pakaiannya sekarang telah dikotori oleh warna merah yang mencolok.

Wajah Arin pucat, dia panik dan bersikeras mencoba menutupi keadaannya sekarang dari orang lain.

Kedua pria yang dari tadi memperhatikannya menyadari apa yang sedang terjadi, mata mereka terbelalak terkejut. Keduanya menghampiri Arin, "Apa yang terjadi?" Robby segera bertanya

Arin menggelengkan kepalanya, "Tidak ada" dia menyembunyikan tangannya yang luka ke belakang tubuh, tetapi dia lupa bahwa pakaiannya sekarang itu sudah ternoda oleh darahnya.

Arin mencoba untuk tenang dan tersenyum pada keduanya tetapi wajahnya yang pucat karena kesakitan tidak bisa di sembunyikan dengan sempurna.

"Jangan berbohong, kamu sedang terluka kan?" Robby langsung mengatakan hal yang terjadi.

Arin menggelengkan kepalanya dan masih berusaha menyembunyikan lukanya. Perasaan sedikit kesal langsung memenuhi hati keduanya.

Kevan melangkah mendekati Arin dan langsung menarik tangan kanan Arin yang disembunyikan. Benar saja... Ada luka yang lebar dan dalam, darah masih mengalir, terlihat sangat mengerikan di telapak tangan putih dan mulus itu.

Robby membelalakkan matanya, dia tidak berharap lukanya sangat parah.

"Hei lukanya sangat parah" Entah pada siapa Robby mengeluh dangan ekspresi tertekan.

"Berhenti mengeluh, Ambil kotak obat" Kevan menegurnya,

"Oh... Baik"

Arin ingin berbicara untuk menghentikannya tetapi si Robby sudah pergi dengan cepat.

"Ikuti aku"

Kevan menariknya untuk duduk di tempat peristirahatan yang disediakan. Darah di tangan Arin masih mengalir keluar, ini harus segera di hentikan. Kevan mengambil air lalu membasuh tangan Arin, setelah merasa cukup bersih... Dia mengeluarkan saputangan dari pakaiannya, melipatnya lalu menutupi luka Arin dengan sapu tangan itu.

Ini adalah pertolongan pertama, Kevan membersihkan kotoran dengan air dan menggunakan saputangannya untuk menahan darah keluar lebih banyak.

Tidak lama setelah itu Robby datang dengan kotak obat, dia berkeringat banyak dan nafasnya tersengal-sengal. Ini karena dia pikir harus cepat, dia akhirnya berlari untuk mengambil kotak obat ini.

Menyerahkan kotak obat pada Kevan, dia duduk dengan lelah di samping keduanya.

Kevan membuka saputangan yang membungkus tangan Arin, dia membersihkan lagi luka Arin dengan alkohol.

Rebut pahlawan itu!Where stories live. Discover now