# Pasal Kedelapan

392 70 1
                                    

"Kok, lo baru bilang ke gue?!" Tanya Lala penuh penekanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok, lo baru bilang ke gue?!" Tanya Lala penuh penekanan. 

Sebelum kelas simulasi dimulai, Jaka mengumumkan di grup bahwa hari ini adalah ulang tahun Surya. Lala yang membaca akan pesan itu tak lekas membalas, melainkan langsung order kue melalui aplikasi ojek online. Benar-benar tidak ada persiapan, seharusnya Lala bisa membuat hal ini lebih spesial jika memang ia mengetahui minimal satu hari sebelum ulangtahunnya. 

Kini, Lala langsung menghampiri Jaka yang sedang berkumpul dengan garda belakang ditambah kehadiran Wildan dan Davin. Entah sejak kapan, kedua mahasiswa  berbakat itu dekat dengan garda belakang. Terutama Davin yang kini sudah tak ragu bercanda dan membagikan ilmu kepada kelompok yang paling ia tak suka kala dulu. 

"Lah, kerain lo udah tau." Kilah Jaka dengan penuh percaya diri.

Lala memalingkan wajahnya, "nggak. Nggak tahu. Ngapain juga harus tahu." Gadis itu mengontrol nada suaranya senormal mungkin. 

Perkataan Lala begitu janggal dan tidak berkolerasi dengan perkataan sebelumnya. Awalnya Lala terlihat panik dan sedikit kesal karena Jaka baru memberitahukannya hari ini. Namun menit berikutnya Lala malah bersikap seakan mengetahui ulang tahun Surya merupakan hal yang tidak penting. Jaka menaikan alisnya sebelah menanggapi hal itu. 

"Apa lo bilang, La?" Jaka memajukan sebelah telinganya. "Ngapain harus tau kata lo?"

"Iya." Lala masih memalingkan wajahnya. 

"Ngapain harus tau tapi lo nyalahin gue baru ngasih tau sekarang."

Lia yang berdiri di samping Lala menahan tawanya. Sahabatnya itu sulit untuk menyembunyikan perasaan sekaligus gengsinya secara beriringan. Hal itu dapat membuat teman-temannya malah tambah curiga. Alih-alih tertawa, Lia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan Lala. 

Ngomong-ngomong soal Lia, gadis itu sudah lebih tenang dari hari-hari kemarin. Ia masih tinggal di kediaman keluarga Samudra. Setiap ia mendapatkan pesan dari sang penguntit, Lala yang mewakilkan untuk membacanya. Selama ini sang penguntit masih mencari-cari keberadaan Lia sekarang. 

"Lo sampai seniat itu?" Tanya Davin tiba-tiba yang jelas membuat Lala tidak mengerti karena pertanyaannya menggantung. 

"Hah?"

"Itu lo sampai beli kue buat Pak Surya?" Davin mengubah kata 'Bang' menjadi 'Pak' karena sedang bersama garda belakang. 

"Oh ini.." Lala mengacungkan kresek yang ia bawa. "Iya, kan ulang tahun."

Davin menghembuskan nafas dengan kesal. "Abang lo sidang proposal hari ini, lo beliin sesuatu juga?" 

Lala mengerutkan kening. Ia sama sekali tidak terfikirkan untuk membelikan sesuatu untuk Brian. "Nggak, ngapain juga?"

Davin menatap tak percaya kepada Lala yang saat itu balik menatapnya dengan tatapan heran. Wildan yang menyadari keadaan berubah menjadi situasi yang canggung berusaha mencairkan suasana. 

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang