"Ayo kita nikah."
Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya?
"Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya.
"Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...
"Ngeri sumpah!" kata Nindy ketika dia sampai di IGD malam itu.
Agmi yang sudah datang dari tadi hampir melompat. Dia terkantuk-kantuk banget sih. Biasalah kalau dia yang jaga kan IGD selalu sepi dan aman sentosa jadi bikin bosen. Selain itu karena dia juga belum makan sih, jadi somnolen* begitulah karena ngantuk.
Satu hal yang membuat Agmi puas, namanya benar-benar ada di daftar pemenang lomba publikasi ilmiah yang disponsori oleh P-Farma itu. Luar biasa sekali. Dokter Reno benar-benar menepati janjinya. Agmi bisa lebih bersantai karena tunggakan SPP-nya akan segera bisa dia lunasi. Sekarang dia tinggal memikirkan biaya hidupnya saja.
"Ada apaan?" tanya Agmi sambil menguap lebar sampai lalat kayaknya hampir tersedot masuk ke dalam mulutnya.
"Jalanan macet luar biasa! Mahasiswa demo anarkis banget! Hancur udah itu gedung DPRD!"
"Wow," jawab Agmi tanpa ekspresi. "Baguslah, mereka pantas mendapatkannya. Aku juga pengen ikutan demo sebenarnya kalau nggak harus jaga IGD begini."
Nindy memutar bola matanya. "Kamu gila apa? Ngapain ikutan demo begitu! Kurang kerjaan aja. Mahasiswa tuh tugasnya belajar."
"Justru demo itu bagian dari pembelajaran. Rakyat itu udah meledak kayak bom atom. Masalahnya emang DPR itu meresahkan banget. Dari awal tahun mereka terus-terusan aja bikin produk hukum yang merugikan rakyat. Mulai dari UU KUHP, HIP, lalu sekarang puncaknya UU Cipta kerja itu. Wajarlah rakyat marah."
"Betul itu!" Dea tiba-tiba nimbrung dengan berapi-api. "DPR itu nggak guna. Aku merasa rugi dulu zaman sekolah ngapalin fungsi DPR. Ternyata nggak guna. Pecat aja sih mereka. Nggak ada mereka juga Indonesia fine-fine aja."
"Yang parah itu KIS ya, apa katanya kesehatan ditanggung pemerintah, nyatanya BPJS tetep kita yang bayar sendiri." Kak Catur sang perawat senior ikut-ikutan nongkrong sama para koas. Karena mendengarkan pembicaraan mereka yang sangat menarik.
"BPJS naik lagi sampai dua kali lipat. Tapi apa? Klaim rumah sakit nggak cair-cair. Sampai 9M itu utang BPJS sama rumah sakit ini. Tahu nggak sih, aku kemarin mau cabut gigiku kartu BPJS-ku nggak aktif! Ternyata belum dibayar sama admin. Gara-gara anggaran nggak cukup karena klaim BPJS nggak cair-cair. Ah, kayak lingkaran setan aja," geleng perawat rumah sakit itu sambil megangin pipinya. Sekarang Agmi jadi tahu deh kalau itu perawat lagi sakit gigi rupanya. Perawat IGD yang satu itu memang supel dan mudah bergaul dengan koas dan mahasiswa lainnya.
"Eh, ya ampun lihat deh." Dono ketawa ngakak sembari menunjukkan video di Instagram. Di depan gedunh DPR para demonstran memang sangat ricuh. Namun yang unik, ada tuh orang yang masang baner dikontrakkan di depan gedung DPRD. Terniat orang itu emang pakai cetak banner segala. Agmi dan gengnya yang menyaksikan itu tertawa ngakak.
"Ah, parah DPR ini emang. Kayak imposter aja kelakuan dia," geleng si Dono gamer sejati.
"Wakilnya siapa dia sebenarnya?" decak Nara ikut kesel juga karena terpengaruh temen-temennya.
"Jelas, kan? Apa yang kita mau udah diwakili semua sama mereka. Gaji besar, rumah mewah, jalan-jalan ke luar negeri. Ya itu emang kerjaan mereka. Mewakili kita untuk menikmati semua itu," kata Agmi sarkas.
Nindy terdiam. Dia tampaknya nggak nyaman gitu sih, melihat teman-temannya ternyata nggak ada satu pun yang berada di pihak dia. Semuanya satu suara dalam menghujat DPR.
"Tapi kan bisa pakai cara lainnya kalau mau mediasi. Kenapa gitu loh harus anarkis kayak begini," ucap cewek itu masih saja berpegang teguh untuk pro pada DPR.
"Ini karena rakyat emang udah terlalu marah. Kalau dalam kondisi kayak begini rakyat diam aja, malah goblok namanya," ketus Agmi.
Gerombolan itu manggut-manggut setuju dengan penurutan Agmi.
"Kalian ngomongin apa?"
Para koas seketika terdiam ketika mendengar suara bariton itu. Tahu-tahu aja, Dokter Reno menghampiri mereka dan duduk di sebelah mereka. Agmi mengerutkan keningnya mau apa lagi sih residen ini? Kok tiba-tiba dia jadi menganggap koas itu ada. Padahal biasanya dia juga nggak pernah peduli sama koas. Bahkan dokter itu ikut lesehan bersama sama para koas yang di lantai ruang istirahat.
"Seru banget kayaknya? Saya boleh ikutan?" tanyanya dengan senyuman yang mencurigakan. Agmi bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya niat makhluk ini.
Bukan hanya Agmi aja yang merasa nggak nyaman. Dono dan Nara juga canggung banget. Sementara Nindy dan Dea malah jadi sibuk merapikan rambut tuh. Kan jarang-jarang mereka bisa mengobrol bersama dengan dokter yang ganteng, tajir dan pinter macam Dokter Reno sang calon suami masa depan gini.
"Itu, Dok, ngomongin DPR," jelas Catur.
"Oh...." Reno manggut-manggut. "Emang nggak ada habisnya kalau bahas mereka. Aku nggak ngerti sih, kok bisa orang-orang toksik begitu kepilih."
Agmi mendadak diam. Dia nggak percaya sih Reno ngomong begitu dari hatinya. Pasalnya Reno dan keluarganya justru diuntungkan dong kalau undang-undang cipta karya disahkan. Mereka kan pengusaha yang emang sudah tajir melintir dari lahir.
Sialnya, mata Agmi dan Reno bertemu. Ketahuanlah Agmi kalau lagi ngelihatin dia. Dokter Reno hanya senyum gitu. Manis banget deh senyuman. Disenyumin sama cowok ganteng begitu siapa yang ga klepek-klepek cobak! Agmi pun langsung buang muka untuk menghilangkan debaran aneh yang muncul di dadanya ketika dia menatap mata pebinor itu. Sadar Agmi sadar! Dia itu pebinor! Pebinor! Di dalam hatinya, Agmi terus mengingatkan diri sendiri.
"Toloooooong!" Tiba-tiba terdengar lolongan dari depan IGD.
***
Votes dan komen ya Guys...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.