29: rumah sakit

440 36 4
                                    

"Kondisi Bara sudah lumayan membaik, tapi tubuhnya masih lemas membuatnya masih harus istirahat. Dimohon untuk tidak diganggu dahulu ya" ujar dokter yang baru saja keluar dari ruangan Bara di rumah sakit.

Lara hanya menangguk pelan. Ia duduk di kursi panjang dekat dengan ruangan Bara. Lara tak dapat menahan tangisnya, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis.

Bara diduga terpeleset saat akan ke kamar mandi, dan kepalanya terbentur lantai cukup keras sehingga membuat pendarahan pada otaknya.

Ajil berhenti dari larinya saat matanya sudah melihat Lara. Ia menelan salivanya melihat keadaan Lara yang menyedihkan sekarang.

Ajil pun berjalan mendekati Lara.

"Ra" panggil Ajil pelan.

Lara mendongak, lalu ia langsung membuang mukanya saat melihat Ajil di depannya.

"Gue di telfon sama bibi buat temuin lo. Gue denger katanya Bara masuk rumah sakit, Ra"

Lara masih saja diam dan tak jua menatap Ajil.

Ajil membuka jaket hijau gelap yang dipakainya. Ia kenakan pada Lara yang masih hanya mengenakan tanktop. Ajil memakaikannya dengan perlahan, lalu ia tarik retsleting jaket tersebut dari bawah sampai atas, hingga benar - benar menutupi dada Lara.

Ajil masih dengan posisinya setelah memakaikan jaketnya pada Lara. Lara yang duduk dan Ajil berjongkok tepat di hadapannya.

Ajil menatap dalam - dalam wajah Lara, Ajil tau betul Lara baru saja habis menangis. Ajil membuang mukanya sekejap, tak tega melihat wanita yang masih ia sayangi hingga saat ini.

Ajil menarik nafasnya, "Bara kenapa Ra?" Tanya Ajil.

Belum sempat Lara menjawab, seseorang datang membuat Lara langsung berlari memeluk orang tersebut dan menangis di dekapannya.

Ryan membalas dekapan Lara dan terus mengelus punggung Lara.

Dari tempat dan posisi yang sama, Ajil hanya dapat melihat dan tak tahu harus berbuat apa.

"Adik kamu kenapa Ra?" Tanya Ryan pada Lara.

"Kata dokter, ada kemungkinan Bara kepleset waktu di toilet kamarnya. Tapi untungnya aku nggak telat untuk bawa dia ke rumah sakit, karena kayaknya kejadiannya nggak lama dari aku masuk ke kamarnya" tutur Lara.

Diam - diam Ajil masih mendengarnya.

"Kamu kemana aja Kak?! Nggak bisa aku telfon" tanya Lara seraya memukul - mukul dada bidang Ryan.

"Maaf, maafin aku Ra, maaf" ucap Ryan yang kembali membawa Lara ke dalam pelukannya. Membuat Ajil langsung mengalihkan pandangannya.

···········

Bara sudah bisa dijenguk, walaupun Bara masih belum sadar juga. Ajil menyipitkan matanya, ia lihat arloji di tangannya yang sudah menujukkan pukul 23:42.

Ajil yang tertidur di kursi panjang dekat ruangan Bara itu sedikit mengintip ke dalam ruangan dan melihat Lara sendiri bersama di dalamnya.

Bibi yang bekerja di rumah Lara tadi sudah datang, menghantarkan makanan. Namun sekarang tentunya sudah pulang.

Ajil beranjak dan sedikit membenarkan kaos yang di pakainya. Ia buka pelan pintu ruangan Bara dan menutupnya kembali.

Ajil sedikit mengerutkan keningnya, disini ia tidak dapat melihat keberadaan Ryan. Apa Ryan sudah pulang?

Ajil secara tak sengaja melihat Lara yang tertidur dengan posisi duduk di samping tempat tidur Bara. Kepalanya terus mengarah ke kanan membuatnya hampir akan terjatuh. Tapi untungnya dengan cepat Ajil bergegas menuju samping Lara dan menahannya.

AJILARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang