Tracks 18_

81 30 27
                                    

Gawat! Sepetinya Hyerim kesal padaku! Aku sekarang berada di ruang kesehatan mengobati benjol dikepalaku, namun disini hanya ada aku. Hyerim juga tadi terluka tapi aku tidak melihat batang hidung nya sama sekali disini.

Sepertinya dia benar-benar menjaga jarak denganku, dan sekarang bahkan ia marah padaku. Bagus sekali Joshua Hong!

CKLEK!

"Eoh! Seungcheol!" kataku menyapa sahabat sepantaranku itu yang baru saja memasuki ruang kesehatan. Seungcheol pun menghampiriku yang masih mengompres benjolanku dengan es.

"Gwenchana?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan. Diantara semua temanku memang dia yang tergolong perhatian, seperti seorang ayah mungkin?

"Kau bertengkar dengan Hyerim?" tanyanya secara trivia. Wah, dia sungguh sangat peka.

"Hyerim sepertinya kesal padaku karena kejadian tadi," jawabku seadanya. Sungguh aku tidak bermaksud mengatainya berat, aku hanya menggodanya. Bahkan saat kugendong pun dia tidak berat sama sekali, tapi memang sialnya kakiku tersandung selimut saat melihat Dokyeom dan Sora. Dan kami pun terjatuh.

"Anni, sebelumnya juga terlihatnya dia selalu menghindarimu-" kata Seungcheol. Intuisinya sangat bagus sekali sampai tahu sejauh itu.

"Eoh, aku tidak mengerti.."

"Kenapa setiap aku merasa sudah berhasil merubuhkan tembok pertahanannya, dia selalu membangun kembali tembok itu." Kataku dengan kepala yang menunduk berusaha memikirkan jawaban atas segala pertanyaanku ini.



"Dia goyah,", aku mendonggakkan kepalaku melihat Seungcheol.



"Karena dia goyah. Setiap melihatmu dia merasa goyah, Hyerim ragu harus melanjutkan hubungan kalian yang tidak jelas ini atau mundur.." kata Seungcheol menatap mataku dalam. Dia terlihat seperti ahli sekarang.

"Dia pasti punya alasan tersendiri soal keraguan itu, dan kau harus bisa meyakinkannya,"

"Kau tahu kan? Seseorang harus mengambil satu langkah ke depan untuk mengubah pertemanan mereka menjadi lebih dari itu?" kata Seungcheol sambil memegang pundakku. Entah mengapa perkataannya terdengar tulus sekali. Ia pun mendekatkan wajahnya ke telinga ku seolah ingin membisikkan sesuatu-

"Aku harap sahabatku, Joshua Hong tidak melewatkan langkah itu bersama Hyerim." Bisik Seungcheol yang lalu menjauhkan wajahnya dari telingaku dan tersenyum tulus. Benar, aku harus berani melangkah maju. Aku pun bangkit berdiri mencari barang yang akan berguna untukku,

"Kau mencari apa di kotak P3K itu??" tanya Seungcheol dengan ekspresi kebingungannya. Aku akhirnya menemukan sesuatu yang kucari lalu menunjukkannya pada Seungcheol.

"Sesuatu yang dapat membantuku," kataku tersenyum.

***

Aku menahan sakit pada lututku yang lecet. Ternyata membasuhnya dengan air saja tidak terlalu berguna, tetapi setidaknya aku bisa menghindarkannya dari bakteri terlebih dahulu. Sebenarnya aku baru saja dari ruang kesehatan untuk meminta obat merah tetapi kulihat disana ada seseorang yang tak ingin kutemui. Aku pun berbalik dan memilih untuk kembali ke kamar karena saat ini sedang istirahat sore.

"Eonnie gwenchana? Eonnie tidak mengobati lukanya?" kata Yura dengan ekspresi khawatirnya padaku.

"Anni, nan gwenchana.." kataku tersenyum padahal didalam sini rasanya aku ingin berteriak menahan sakit pada luka lututku ini. Anni Hyerim, kau tidak boleh manja! Jangan sampai orang lain mengkhawatirkan mu, kau harus tetap kuat! Setidaknya kalimat-kalimat itu yang berputar di kepalaku.

Parallel Tracks_ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang