Bab 1 - Kedatangan

2.2K 221 37
                                    


"Di mana mereka?"

"Di sini, Tuan."

Pintu dibuka. Ruangan itu terang. Nuansa putih-cream yang menenangkan. Manik merah delima menelisik setiap interior ruang yang lembut dan terkesan damai. Pandangannya terhenti pada kursi panjang di mana dua orang anak duduk bersandingan. Ada meja yang panjangnya sama dengan kursi yang mereka duduki di depan keduanya. Ditambah dengan kursi kembar di sisi lain meja.

Langkah kaki jenjangnya menuju ke arah bangku itu dengan tegap. Raut muka datar yang sudah tersetel sejak lama terpasang sempurna.

"....Jadi kalian ya?" Suara baritone terdengar tegas. Itu hanya perawakan. Namun semua tingkah yang dia lakukan herannya membuat dua anak itu makin merapatkan duduk mereka. Tersentak, gemetar, menciut di saat yang sama. Keningnya mengernyit untuk pertama kali. Apa, semenakutkan itu dia?

Dia mendudukkan diri di kursi depan mereka. Tubuh mungil itu kepayahan menyembunyikan rasa takut. Kembali, raut muka tak suka otomatis terpasang. Helaan napas yang dia keluarkan juga membuat keduanya kaget.

Tapi dia tidak bisa berlama-lama.

"Ehem, langsung saja," dia membuat jeda dengan menatap mata sayu mereka. "Namaku Halilintar. Aku kakak kalian. Kita hanya beda ibu namun satu ayah," katanya.

"Mulai saat ini kalian adalah tanggung jawabku dan kita akan tinggal bersama, Taufan, Gempa," lanjutnya.

Dari sini, semuanya akan bermula.

.

.

.

Iya, namanya adalah Halilintar. Penerus perusahaan besar yang bergerak di bidang pengawalan bernama Atlas. Singkatnya, perusahaan ini adalah lembaga keamanan berbayar yang legal. Dia adalah satu-satunya pemimpin perusahaan yang naik ke jabatannya di usia menginjak sembilan belas. Sudah satu tahun ini dia menuai  banyak kontroversi dan juga membuat banyak prestasi di masa kepemimpinannya. Banyak perusahaan yang mendekat padanya secara terang-terangan atau bahkan dengan jalur illegal. 

Padahal baru menginjak usia dua puluh, tapi segudang prestasi menumpuk pada manusia sempurna ini. Mulai dari wajah yang good looking, badan yang nice body, sifat dingin terkesan misterius tentu membuat banyak wanita jatuh hati. Tapi kalau kata para kaum laki-laki yang satu urusan dengannya, dia adalah tembok es berjalan, tidak punya sopan santun, dan galak. 

"Eh? Tuan Halilintar? Dia kalau ketemu preman di jalan, yang lari premannya," ini kata sekretarisnya.

"Halilintar? Bocah tidak tahu diri itu bilang putriku kayak celengan!!! Dasar k3p4r4t sinting! @#$^^$# sensor sensor sensor@!!^^%$!!!" ini kata salah satu koleganya yang ingin menjodohnya Halilintar dengan putrinya.

"Oh, Halilintar ya... Dia memang seperti itu, haha," kalau ini kata teman dekatnya.

"Halilintar ya... Aku bersemangat untuk membuatnya jatuh tersungkur menginjak kotoran anjing dan akan menjadi aibnya selama seratus tahun ke depan, AHAHAHAHAHAHAHA- OHOK! Uhuk! Ehem! Dia rival yang berat," ini kata rivalnya.

"Hooo... Halilintar ya... Aku, tahu beberapa rahasianya. Mau dengar?" ini kata sesosok mahluk astral bulat mengambang berwarna coklat dan memakai pita pink.

Jangan pedulikan mahluk astral tadi. Pujian yang diberikan pada Halilintar akan berakhir di sini. Kalau diteruskan lagi, satu jilid kamus besar saja sepertinya tidak cukup untuk membuat pujian itu berakhir. Yah walau disela pujian pasti ada selingan umpatan dari berbagai pihak. Jangan khawatir, kisah ini tidak hanya akan berfokus pada suami idaman sejuta umat itu. Kisah yang cukup rumit.

everything will be okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang