# Seperti Apa?

328 60 1
                                    

Lala sedang menatap dirinya sendiri di depan kaca yang disediakan oleh hotel

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Lala sedang menatap dirinya sendiri di depan kaca yang disediakan oleh hotel. Ia telah selesai mandi dan mempersiapkan diri. Lia seperti biasa keluar terlebih dahulu bersama Wildan, Malik, dan Bambang. Lala sempat diajak, namun mengingat janjinya dengan Davin Lala sedang menyelamatkan diri dengan kata 'nanti gue nyusul' kepada Lia. 

Lala kembali membaca pesan dari Davin, memastikan janji yang mereka buat. 

Davin
Jam setengah sembilan gue jemput depan kamar, ya. Gausah dandan segala. Gue tau lo se-excited gitu buat dinner sama gue.

Lala menggerutu ketika kembali membaca pesan dari Davin. Untuk apa ia harus berusaha merias diri jika hanya akan jalan dengan seorang Davin? Davin bukanlah seseorang yang spesial. Tampilan Lala seadanya cukup untuk menghabiskan waktu dengan pria menyebalkan kelas kakap itu.

Sekali lagi, Lala memandangi dirinya di depan cermin. Perona merah muda pada pipi dan warna bibir yang dibuat gradasi menghiasi wajah Lala saat ini. Lala bahkan sempat meminjam alat catok rambut punya Lia agar bisa sedikit membentuk rambutnya. Ia menyadari gerutunya mengenai pesan Davin sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia lakukan. 

"Kenapa gue musti make up, sih?" Tanya Lala pada dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan. 

Lala menepuk keningnya ketika menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Gadis itu menggapai kapas dan make up remover yang sudah ia sediakan di atas meja. Ia berniat untuk menghapus riasannya karena tak mau Davin besar kepala melihat Lala yang jarang-jarang dan hari ini memakai riasan di wajah. Ketika ia sudah menuangkan make up remover ke atas kapas dan berniat mengusapkan ke wajahnya, Lala mengurungkan niatnya. Untuk apa juga ia peduli dengan omongan seorang Davin? 

Seseorang mengetuk pintu kamar Lala. Sebelum membukanya, Lala melirik ke arah jam yang terlilit di pergelangan tangannya. Jam masih menunjukan pukul tujuh dan artinya masih ada jarak satu jam setengah sebelum waktu janjiannya dengan Davin. Lala mempertanyakan dalam hati, sebenarnya siapa yang terlalu semangat untuk makan malam di Jogja hari ini? 

Lala membuka pintu dan sudah siap dengan omelannya, "masih jam tujuh kali. Nggak sabaran banget." Omel Lala ketika ia pikir seseorang yang mengetuk kamarnya adalah Davin. 

Namun ternyata dugaannya salah, yang mengetuk kamar Lala adalah Surya. Wajah pria itu sedikit kebingungan tapi dengan tenang mendengar omelan Lala. Gadis yang baru saja mengomel mendadak membatu, malu atas omelan tak berdasar yang ia utarakan pada asisten dosennya. 

"Loh, Pak Surya. Maaf, Pak. Kirain siapa." Lala menutup mulutnya ketika kaget dengan kehadiran Surya. Ia segera membungkuk. 

Suya bergumam membalas apa yang dikatakan Lala, "memang Lala kira siapa?"

Pasal Surya | DAY6Donde viven las historias. Descúbrelo ahora