📖Bagian_17

5.5K 707 16
                                    

JAM 02:00 hingga mereka sampai di bandara Fort Myers Southwest Florida Regional, dengan koper yang sudah dibawakan oleh seseorang yang memang dibayar oleh Mark, Haechan dan dirinya berjalan santai menuju luar bandara, mereka lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JAM 02:00 hingga mereka sampai di bandara Fort Myers Southwest Florida Regional, dengan koper yang sudah dibawakan oleh seseorang yang memang dibayar oleh Mark, Haechan dan dirinya berjalan santai menuju luar bandara, mereka lelah. Perlu cepat-cepat untuk sampai ke hotel untuk beristirahat.

"Kau sedang mencari siapa?" tanya Mark yang sedari tadi melihat Haechan yang menghadap ke arah penjuru bandara sejak mereka turun dari dalam pesawat.

"Hmmm___itu. Aku seperti melihat Jaemin di dalam pesawat, tapi kurasa aku salah orang. Tapi apa mungkin Jaemin memang sedang berada di sini? Pesanku tidak di balas olehnya, hahhh____" Haechan mengerucut lucu, ternyata dirinya hanya salah lihat saja.

"Sudahlah mungkin kau hanya sedang merindukannya, nanti hubungi dia lagi saat kita sudah sampai di hotel. Kau pasti sangat lelah, kita berdua perlu beristirahat. Nanti saja pikiran itu, kita sudah ditunggu oleh mobil jemputan."

Haechan mengangguk mengiyakan. Dia juga mengantuk dan sangat lelah, benar kata Mark.

Di sisi lain.

Dari kejauhan, dua orang tengah bersembunyi dan mengintai interaksi dari dua orang yang kini berjalan menjauh keluar dari kawasan bandara, laki-laki yang lebih manis menarik tangan laki-laki yang berada di dekatnya dengan terburu-buru.

"Jaemin-na, tidak perlu buru-buru seperti itu. Bukankah kita sudah mengetahui kemana yang mulia dan permaisurinya pergi menginap?"

"Sudah diamlah! Aku tidak ingin Haechannie sampai kenapa-kenapa dengan kantung hormon berjalan itu, kali ini yang mulia tidak akan lolos dariku."

Jeno menarik tangan Jaemin hingga membuatnya berhenti.

"Kenapa kau menghentikanku!" teriak Jaemin.

"Jaemin-na, dia itu raja kita. Tidak pantas kau menyebutnya dengan sebutan hormon berjalan."

Jaemin memutar matanya malas.

"Biarkan saja! Mark memang seperti itu! Dan kau sama saja!"

Jaemin menghentakkan kakinya keras, dia pergi dengan wajah kusut karena sangat marah dengan sang kekasih. Lebih tepatnya sang tunangan, Jeno hanya bisa pasrah melihat Jaemin yang sedang merajuk padanya. Jika sudah seperti ini, dia tidak bisa melakukan apapun. Bisa-bisa dia tidak diberi jatah.

"Sabar Jeno, jika kau sudah menikah dengan Jaemin. Kau bisa memaksanya kapanpun kau mau, sabar sabar." Jeno mengelus pelan dadanya, memberikan diri sendiri motivasi agar tetap bersabar menghadapi segala tingkah laku Jaemin yang dapat berubah sewaktu-waktu. "Untung cinta." lanjutnya menggeleng pelan, ia melanjutkan perjalanan untuk menyusul sang kekasih.

Kenapa harus terburu-buru, bukankah mereka berdua sudah memesan kamar di dekat kamar yang mulia dan permaisuri. Jeno benar-benar tidak bisa membaca isi pikiran dari sang tunangan. Kembali ke intinya, untung dirinya sangat mencintai dan menyayangi sang kekasih.

[07] The Magic BookWhere stories live. Discover now