Part 10

240 32 1
                                    


Bismilah

~Bahagia itu sederhana,saat bertemu teman lama dan menyadari tidak ada yang berubah dengan sikapnya~

Ane menatap tak percaya, sorot matanya
memancarkan kebahagiaan.

"Andra?" panggil Ane.

"Apa kabar Ne?" tanya Andra.

"Alhamdulillah, dari mana kamu tahu, aku di sini, sama siapa kamu? Apa khabar Om Heriawan dan Tante Laksmi?" Ane membrondong dengan  pertanyaan.

"Satu-satu, Ane, Mama dan Papa ada di kantor Bunda Sina. Yuuk ..." Andra menarik lengan Ane.

"Ane, akhirnya tante menemukan kamu." Wanita seumuran mamanya memeluk Ane erat, saat mereka bertemu di ruangan Bunda Sina.

"Tante Laksmi." Ane membalas pelukannya dengan erat.

"Kamu tambah tinggi dan ...."

"Cantik," sambung Andra tersenyum.

"Apa kabar Ane," sapa lelaki yang usianya pun tidak beda jauh dengan papanya. Ane melepaskan pelukannya dari Tante laksmi lalu menoleh ke arah lelaki itu dan tersenyum. "Baik Om."

"Bunda Sina, ini tetangga Ane, mereka tinggal persis sebelah rumah Ane " Ia menjelaskan ke Bunda Sina, wanita hampir setengah abad itu mengangguk dan tersenyum.

"Bunda Sina, bolehkan, kita mengajak Ane keluar panti sebentar?" Tante Laksmi meminta izin.

"Silahkan bu."

"Terima kasih Bund, sebelum Maghrib kami sudah kembali," kata Tante Laksmi.

***

Keluarga Om Heriawan membawa Ane ke resto pasta di salah satu mall di Bekasi Barat, Ane memilih spaghetti entah sudah berapa lama, ia tidak menikmati makanan kesukaannya, dulu sewaktu mamanya masih hidup hampir tiap minggu membuatkannya.

"Ane senang di panti?" tanya Tante Laksmi saat Ane memutar dengan garpu makanan berbentuk panjang,  silinder dan padat.

"Senang, Tante, di sana Ane banyak teman senasib seperti Ane, Bunda juga baik." Ane menjawab dengan senyum.

"Tante tahu dari mana, Ane tinggal di panti?" tanya Ane.

"Sebulan lalu Bibik Menik mengirim surat ke Mbak Kas, memberikan alamat ini ke Tante, dan berpesan, untuk sering-sering menengok Ane," jelasnya.

"Oh ..." wajah Ane kembali murung, "Bik Menik sudah meninggal minggu lalu tan." Mata Ane berkaca-kaca.

"Sabar ya Ne, maafkan kami, baru bisa menemui kamu sekarang." Tangan Tante Laksmi mengusap punggung tangan Ane.

""Eh, Ne lihat ini deh." Andra mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mengusap layarnya, menunjukan gambar yang ada di balik layar ponsel.

"Bonny," gumam Ane, mengambil ponsel Andra dan mendekatkan ke netranya..

"Sudah besar sekarang, jika pintu pagar terbuka maunya keluar, jika melihat kucing jantan, ekornya bergerak naik, dokter hewan bilang, itu tanda-tanda ingin kawin." Andra menjelaskan dengan posisi tubuh mendekat Ane.

"Iya, kah?"

"Hemm, tetapi dokter bilang belum waktunya hamil masih terlalu dini, belum cukup umur."

"Oh ..."

"Walaupun cukup umur, aku juga tidak akan membolehkannya," kata Andra serius, sepasang mata Ane menoleh Andra, mata mereka bertemu.

"Kenapa?" tanya Ane tidak mengerti.

"Menurutmu itu sopan mendahului tuannya kawin."

"Maksudnya?"

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang