✮ 𝙀𝙣𝙙 𝙤𝙛 𝙩𝙝𝙚 𝙨𝙩𝙧𝙪𝙜𝙜𝙡𝙚 '36

3K 408 123
                                    

✧・゚ "Kami tidak bisa, love. Aku janji akan kembali menemui mu" ✧・゚

Aku dan Pansy berjalan memasuki great hall. Draco dan Blaise tidak ikut masuk. Mereka sedang dalam perbincangan serius. Mengenai pemakaman dad dan bagaimana caranya memberitahu mom. Blaise bilang aku dan Pansy tidak usah terlalu memikirkan nya.

Aku menengok kanan kiri, banyak murid yang gugur. Ada Creevey juga disini, ditemani oleh Oliver Wood, pemuda yang sempat kutaksir dulu. Sudah lama aku tidak melihat nya, semakin tampan saja.

Tunggu, apa? Tidak. Memuji bukan berarti menyukainya. Lagipula, predikat lelaki tertampan di dunia ini jatuh kepada ...

Bruk!

Azab melamun, seorang gadis cantik tersandung kaki mayat.

Aku serius.

"S-sorry" ucap ku kikuk sambil kembali berdiri pada Parvati Patil yang kini menatap ku kesal. Pasalnya, ia sedang menangisi jasad teman nya yang kusandung.

"Sorry, Brown" ucap ku lagi, kini pada jasad yang kusandung tadi.

Jangan lihat lehernya. Menyeramkan.

Aku segera berjalan lagi sedikit terburu buru sambil bergidik ngeri.

"Pfft"

Aku menoleh menatap Pansy tajam.

"Pfft"

"Jangan tertawa!" ucapku kesal memukul lengan Pansy.

"Ya, ya, aku tidak tertawa. Pfft"

Mendengar nya, aku mendecih malas, lalu kembali melanjutkan jalan ku. Mencari keberadaan Daphne, Theo dan Crabbe disini.

Bukannya menemukan mereka, aku malah menemukan yang lain. Seketika aku langsung menghentikan langkah ku.

"Ada apa?" tanya Pansy heran. Ia ikut menatap ke arah yang kutatap.

Aku mengerutkan alis dan sedikit menyipitkan mataku menatap lamat lamat salah satu jasad yang terbaring tak jauh dari sini.

Itu benar benar dia. Entah dia yang mana, tapi, dia salah satu dari si kembar Weasley. Tidak terlihat begitu jelas jika dilihat dari sini.

Menyadari sesuatu, Pansy segera berucap, "Jangan kesana, [name]"

Aku menatap Pansy sebentar.

"Bye"

Aku melengos berjalan pergi menuju jasad yang dikerubungi oleh para Weasley.

"[name]!"

Lagi lagi, aku mengabaikan nya. Sudah terlanjur ini, aku sudah sampai.

Aku menutup mulut ku tidak percaya saat mengenali jasad yang terbaring kaku didepan mata ku. Ini ... ini Fred.

"Zabini"

Aku menoleh, menatap George yang berdiri disamping ku sambil terisak. Aku turut prihatin pada George. Pasti berat rasanya ditinggal saudara kembar sekaligus sahabat nya.

Sebagai bentuk prihatin, aku mengusap usap bahu George guna menenangkan nya. Rasanya seperti mengusap bahu jerapah.

"Aku turut berduka cita, semuanya." ucap ku sopan sambil sedikit menunduk. Well, ada orang tua disini. Mr dan Mrs. Weasley, kurasa.

"Terima kasih, nak" ucap Mrs. Weasley sambil terisak.

"Thanks, Zabini" ucap George.

𝐌𝐒. 𝐙𝐀𝐁𝐈𝐍𝐈 : draco malfoy [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang