[57] RUMAH TERBENGKALAI

238 68 20
                                    

Aku tahu, otakku sangat payah dalam hal berpikir. Namun, aku aku cukup tahu bahwa situasi di depanku tidak bisa kuatasi sendiri. Aku menyelinap diam-diam dari rumah kumuh. Dia belum tahu keberadaanku selagi masih fokus menyeruput sisa darah manusia. Suara seruputannya masih keras dan menggelitikku.

Langkahku semakin cepat meninggalkan ujung gang yang buntu. Aku harus memberi tahu salah satu pasukan Sowon untuk meminta bantuan. Sayangnya ketiga orang itu tidak kunjung muncul. Mengandalkan indra penciuman, aku melacak bau yang paling kuingat. Bau itu milik Hwang Minhyun yang maniak dengan aroma sabun.

Di depanku, ya, membuat sakit kepala saja. Baik kelompok vampir dan manusia berdiri dengan tatapan saling membunuh satu sama lain.

"Apa lagi masalah kalian?"

Aku berdiri di tengah dengan tangan terangkat agar bisa mengulur waktu. Pertengkaran di depanku sangat tidak perlu, selagi musuh yang mereka cari sedang menikmati santapan malam ke sekian kalinya.

Ketiga anak buah Appa tidak bergerak sama sekali. Mereka sangat waspada dengan pistol siap membidik kepala para makhluk berdarah dingin. Di sisi lain, sisa Polaris menggeram penuh ancaman. Namun, jelas itu bukan Jake, Sunghoon atau Byeomgyu. Aku sama sekali tidak ingat nama mereka. Oh, ya ampun. Ini salahku karena tidak tertarik buat berkenalan dengan siapapun.

"Ayolah! Jangan begini!" Aku meracau. Sudah stres bukan main.

"Kami akan bawa Yuri untuk diadili," salah satu di antara mereka berkata.

"Yuri ada di bawah pengawasan Bapa kami," jawab Minhyun.

"Minggir, Manusia. Gyeonghyui akan menghukumnya."

Kepalaku mau meledak. Seandainya itu Jake, Byeomgyu atau Sunghoon, akan sangat mudah bagiku untuk memberitahu bahwa Tukang Onar ada di depan kami. Sangat aneh bahwa Gyeonghyui tidak tahu ada jejak vampir di pusat Seoul.

"Hei, hei, hei. Cukup! Jangan saling bunuh. Tolong dengarkan aku!" Aku berdiri di tengah.

"Hei, Vampir Pirang. Kau punya radio? Ponsel, atau telepati? Atau komunikasi tembus langsung ke Sunghoon?" Pertanyaanku pasti acak sekali. Namun, aku tidak punya pilihan lain selain bergegas untuk menghubungi pacarku. Kali ini aku butuh bantuan orang lain.

Namun, kedua pihak tidak terpengaruh dengan upayaku menengahi pertengkaran. Justru Daniel membetulkan letak senjatanya.

Aku berharap sekali ini saja sebagai vampir, punya kekuatan super untuk komunikasi langsung seperti film-film sci-fict yang kutonton. Memang aku bodoh berharap seperti itu. Aku hanya ingin penangkapan vampir tidak kukenal selama ini bisa teratasi, lalu aku bisa mati dengan tenang sebagai vampir yang bersih, yah, tidak bersih-bersih amat kalau aku membunuh rentenir itu, ya, kan?

Arghhhh.... lagi-lagi aku melantur. Situasi di depanku benar-benar tidak bisa diselamatkan. Siapa sih anggota Polaris tersisa ini? Kenapa mereka tidak menurut padaku? Atau memang mereka harus berhenti begitu saja begitu ketua pemimpinnya muncul.

Namun, siapa? Sunghoon, Byeomggyu, apa si konyol Jake?

"Hei, aku tahu ini sulit bagi kita semua. Jangan saling membunuh. Kita saling gencatan senjata, ingat?"

"Tidak."

Hebat. Dua suara dari masing-masing perwakilan musuh menjawab bersamaan.

Mereka ditakdirkan untuk berjodoh, ya kan?

Arrrgggghhhhh....

Hei, lintah dalam kepalaku! Tolong diam!

Aku mencengkeram kepalan tinjuku satunya, lalu kulihat bayang-bayang kemerahan dari segala sisi. Penglihatanku pasti semakin tajam sebagai vampir yang mengamuk. Aku tidak pernah didengarkan siapapun. Wajar kalau aku tersinggung.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Where stories live. Discover now