# Are You?

331 55 19
                                    

Tempat fotocopy yang berada di sudut terpencil Fakultas Teknik dipenuhi oleh para mahasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat fotocopy yang berada di sudut terpencil Fakultas Teknik dipenuhi oleh para mahasiswa. Padahal jam masih menunjukan pukul sembilan pagi, namun antriannya sudah menyaingi kedai yang menjual minuman boba di Kantin. Mungkin saja, tugas makalah dalam beberapa Fakultas berbarengan untuk dikumpulkan hari ini. 

Ada Brian yang sedang mengantar Jafni menjilid skripsi. Mereka menjadi pusat perhatian karena viral akibat penampilan Today waktu itu yang di posting oleh laman instagram kampus. Sebenarnya mereka sudah di kenal karena menjadi 'buaya'. Namun ketenarannya makin meningkat dan membuat orang yang mereka tak kenal tak segan bertanya atau menyapa. 

Tak lama kemudian datang Lala dan Davin yang berniat menjilid naskah simulasi persidangan. Melihat ada Brian di sana, Lala langsung menyerobot dan memohon pada kakaknya. 

"Gue nitip satu jilid dong, Bang." Mohon Lala kepada Brian dengan suara pelan. 

"Dih, kagak tau budaya ngantri, Dek?" Hujat Brian berusaha menolak permintaan adiknya. "Jangan malu-maluin Indonesia, dong. Budayakan ngantri."

Jafni tak mau ambil pusing, ia mengambil berkas yang dipegang oleh Lala dan menyimpannya di atas bundelan skripsi yang belum terjilid. "Sini. Lagian yang mau ngejilid gue bukan Brian."

Lala merasa lega akan hal itu dan tersenyum ke arah Jafni. "Tumben banget Bang Jafni baik sama gue. Apa harus terkenal dulu untuk penipuan publik biar terkesan ramah sama semua orang?" Goda Lala dengan wajah yang menyebalkan. 

Sang pria berambut pirang mengendus kesal. Ia menyodorkan kembali bundelan kertas milik Lala. "Mending lo ngantri aja, deh."

Lala memohon maaf atas dirinya. Ia tidak tahu jika Jafni sedang tak bisa diajak bercanda. Brian mendapatkan kode dari Lala, bertanya mengapa Jafni menjadi murung. Brian mendekatkan bibir ke telinga adiknya dan membisikan sesuatu. Jafni terlalu panas melihat Wildan dan Lia yang terus bersama di Jogja.

Lala mengerutkan kening dan mempertanyakan kegundahan Jafni dalam hati. Jelas mereka selalu bersama karena ya mau bagaimana lagi? Mereka -termasuk Lala dan Davin- merupakan teman sekelas yang dekat. Disamping Lia dan Wildan yang selalu bersama, ada Lala dan Davin juga di sana. Kecuali jika malam hari Lala dan Davin memisahkan diri jalan berdua dan itupun Lia dan Wildan jalan bersama garda belakang. 

Tubuh Lala mendadak merinding ketika menyadari pikirannya berkata bahwa dirinya dan Davin menghabiskan waktu berdua. Hal itu terlalu intim bagi seorang Lala yang selalu berdebat dengan Davin. Mengingat akan hal itu, ia melirik ke arah orang yang baru saja ia pikirkan. 

Davin sedang melihatnya dengan tatapan meminta tolong. Ia di kelilingi gadis-gadis yang sedang menanyakan berbagai hal. Lala tertawa dibuatnya, pemandangan yang ia lihat seperti ikan yang sedang diberi umpan. Ikan-ikan tersebut merupakan gadis-gadis yang mengelilingi Davin, sedangkan pria itu seakan menjadi umpannya. 

"Kakak malam ini ada waktu? Aku dari buletin kampus ingin wawancara kakak."

"Kak Davin, aku pernah taruh kado di atas motor kakak! Udah dibuka?"

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang