14. Pengakuan

137K 20.5K 117K
                                    

♪ Melawan Restu - Mahalini♪ Film Out - BTS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♪ Melawan Restu - Mahalini
♪ Film Out - BTS

14. PENGAKUAN

Verona, Italia.

Pagi ini Dae tiba di Verona dengan meninggalkan Amora untuk sementara di Malverone. Ada urusan yang ingin Dae selesaikan dalam waktu singkat, tanpa harus melibatkan istrinya yang terkadang lama menangkap omongan orang lain alias lemot. Tujuan Dae bertemu dua orang, yakni Dani dan Fe Elata.

Matahari telah memamerkan pesona namun udara masih terasa seperti dini hari. Mantel tebal melekat di tubuh Dae, bersama boots hitam. Sesekali ia mengusap hidungnya yang merah.

Ketukan dari telapak boots menciptakan bunyi-bunyian di sepanjang ruang bawah tanah. Kedatangan Dae adalah hal yang sama sekali tak Dani harapkan. Meskipun Dae belum masuk ke ruangan Dani, pria itu sudah bisa merasakan hawa tidak enak di sekitarnya.

Scanner pada pintu berhasil memindai wajah Dae. Ia nampak santai masuk ke ruang serba putih ini untuk menemui ayah mertua. Tidak sesantai Dae, Dani kelihatan mulai cemas.

"Stai diventando più magro come un teschio," ujar Dae. (Anda semakin kurus seperti tengkorak.)

Dae berdiri di hadapan Dani yang meringkuk dalam bilik kaca bening. Dani menutup mata karena sebenarnya ia sedang menahan sakit kepala yang menyerang akhir-akhir ini. Kepala Dani seperti akan meledak.

Sekujur tangan Dani terdapat memar biru usai diberi siksaan sengatan listrik atas titah Dae tiap kali Dani melawan dan tak menjawab pertanyaannya dengan benar. Itu terjadi sewaktu mereka berdua pisah negara.

Dae tak mau mengulur waktu lagi. Bila Dani tidak memberi jawaban serius atas apapun yang ditanyakan, Dae tak akan segan memberi hukuman lebih-lebih dari sekadar setrum.

"Saya sudah ke Irvetta, tapi perjalanan diusik makhluk enggak jelas di laut. Fe Elata bilang di sana ada dewa dan dewi penjaga laut, tapi saya enggak percaya. Orang-orang yang saya temuin kemaren itu pasti berandal kawasan Irvetta!" sosor Dae.

"Sekarang saya enggak bisa balik ke Irvetta. Kapal saya selalu gagal nyelem ke sana. Kayak ada sihir di laut itu," sambung Dae.

"Anda tau apa yang harus saya lakuin biar bisa turun ke Irvetta dan cari sumber intan?" ucap Dae sekali lagi.

Dani mencerna semua ucapan Dae dengan sedikit kewarasan otaknya. Dia sudah pusing memikirkan hidup, dan makin pusing menanggapi Dae yang selalu saja bicara soal sumber intan.

Pria tua itu menjawab, "Saya enggak tau."

"Bugiardo!" maki Dae. (Pembohong!)

Tingkat kekesalan Dae sudah mencapai puncak. Dia telah sabar menghadapi Dani dengan segala kebohongan dan pikiran licik yang selalu membuat Dae buang-buang waktu di setiap pertemuan mereka.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang