Chapter 20

738 104 3
                                    

——Gulfi POV——

Aku tidak tau harus melakukan apa saat ini, aku benar-benar bosan. Oh apa kau tau? Aku sudah berbaring di kasur ini selama hampir empat jam lamanya. Melihat ke langit-langit kamar dan sesekali menguap sama sekali tidak menyenangkan. Aku bisa gila jika harus seperti ini terus.

Hari ini sudah genap empat hari sejak insiden sialan itu dan aku tidak bisa dan tidak akan pernah melupakannya. Bill benar-benar sialan, dia sangat bajingan, jika saja aku bisa berjalan normal sekarang mungkin dia sudah mati di tanganku, sungguh, aku tidak main-main dengan ucapanku barusan.

Dan sialnya, aku harus terjebak di dalam kamar ini sendirian tanpa ditemani oleh siapapun, kecuali suara cicak dan binatang melata lainnya.

"Cukup, aku sudah muak. Aku harus melakukan sesuatu agar aku tidak gila karena kebosanan."

Segera kubangkitkan tubuhku dan mengambil tongkat untuk membantuku berjalan. Sebenarnya aku malu menggunakan alat ini, hanya saja— hanya saja aku terpaksa. Aku tidak mau melukai kakiku dan juga aku tidak mau berjalan seperti orang pincang terus menerus.

Mew si sialan itu juga belum kembali dari kelasnya. Dia bilang dia akan datang lebih awal untuk mengajakku makan malam, tapi sekarang apa? Dia bahkan terlambat dua menit, aku harap dia kesandung batu atau apapun itu.

Aku meraih jaket yang semula berada di atas nakas kemudian kupakai untuk menutupi kedua bahuku, aku terlalu malas untuk memasukkan kedua tanganku ke dalam jaket karena— ah lupakan.

Aku berjalan menuju pintu dan secara mengejutkan Mew datang tepat saat itu juga.

"Kau mau kemana? Bukankah sudah kubilang agar istirahat di kamar?" tanyanya sok khawatir. Aku tidak tau apakah dia benar-benar khawatir padaku atau tidak, tapi entahlah, aku hanya asal bicara saja barusan.

"Aku akan mati kaku jika terus-menerus diam di tempat selama empat jam," jawabku lepas. Mew tersenyum kecil dan menggaruk tengkuk kepalanya yang kuyakin tidak gatal. Aku tidak tau kenapa dia tersenyum.

"Maafkan aku. Aku ada tugas tambahan tadi, tapi aku datang secepat yang aku bisa."

"Ya, ya. Terserah kau saja."

"Kau ingin makan apa kali ini? Jangan bilang kalau kau ingin makan rendang. Ini sudah ke-sepuluh kalinya jika kau bilang ingin makan rendang lagi."

"Tidak, aku sudah muak dengan olahan sapi. Aku cuma ingin makan martabak dan ya, kau yang traktir."

"Hm, hanya itu saja?"

"Yap, hanya itu, tapi aku mau martabak asin dan manis. Kau harus belikan aku dua duanya!" pintaku dengan nada memaksa.

"Baiklah, tidak masalah. Tapi kenapa saat kau sakit, nafsu makanmu bertambah? Kau ngidam atau bagaimana, hm?"

"Jangan banyak bicara. Kakiku akan kram jika terus berdiri seperti ini."

Mew meraih lengan kananku untuk menolongku berjalan, namun kutolak. Aku bisa jalan sendiri meski harus seperti ini. Aku tidak ingin terlihat lemah dan Mew mengiyakan permintaanku kali ini.

Kami berencana pergi ke warung yang ada di dekat asrama, biasanya di sana banyak yang berjualan martabak. Entah kenapa aku ingin sekali makan martabak, mungkin karena belakang ini aku sering makan rendang. Oh, dan ya, martabak adalah makanan favoritku jika kau ingin tau.

GULFI - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang