03. UNDANGAN MISTERIUS III

86 88 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





[ JENO, HEEJIN & TERRY ]

Kalian tahu perasaan ketika kalian memiliki dilema moral antara memilih apa yang tepat untuk kamu dan apa yang benar-benar ingin kamu lakukan ketika keduanya terpisah?

Itulah yang Heejin rasakan ketika ia duduk mendengarkan kekasihnya selama tiga tahun memutar cerita tentang pengalamannya saat mereka duduk di seberang meja malam ini.

Heejin telah menjatuhkan rokok dari jarinya dan meminum air. Gadis itu mengeluarkan seruan yang sarat dengan kata-kata kotor. Rokok itu membakar tanda abu di atas meja tapi ia tidak peduli.

Mereka duduk di ruang komputer, begitu ia menyebutnya. Itu hanyalah kotak persegi kecil dengan tidak ada yang penting di dalamnya kecuali Mac yang berdiri di ujung, bertumpu pada tirai di belakangnya. Kamar itu gelap.

Hanya komputer yang menyala seperti cahaya yang bersinar di ujung terowongan, setitik kecil kecerahan di ruangan yang gelap. Kekasihnya memilih untuk berbaring di tempat tidurnya di ruangan lain, setelah udah bercerita malam. Dan Heejin tetap memilih untuk memainkan media sosial nya melalui komputer.

"Ayo tidur." Jeno berkata sembari berdiri di ambang pintu belakang. Heejin berbalik dan menemukan dia berdiri kelelahan, satu tangan mencengkeram kayu di atas dan kepalanya bertumpu pada lengannya. Lelah itu bisa tersenyum malu-malu yang menutupi ketakutan di baliknya.

Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya? Itu membuat Heejin sedikit khawatir.

"Yang, lo capek?" tanya Heejin buka suara.

Jeno mengangguk.

"Gua tidur duluan ya!" seru Jeno sembari beranjak pergi dari depan pintu.

"Hei, tunggu dulu! Lo bisa cerita kok sama gua," sahut Heejin.

"Eh?" Jeno tersenyum. Berjalan kearah Heejin, mendekapnya erat.

"Emang kapan gua ga pernah cerita? Gua selalu cerita apa-apa tau, ama lo," bisik Jeno.

Heejin menolak tubuh Jeno pelan, "gua serius, yang! Gua lagi diteror nih," keluh Heejin kesal.

"What? Siapa yang neror lo? Sini, lawan gua dulu, hehe."

"Ah, basi!" Heejin tertawa miris, "nih!" Gadis itu menyodorkan ponselnya pada Jeno.

Jeno menerimanya, kemudian membaca pesan-pesan yang tertera pada layarnya.

"Permainan?" gumam Jeno.

GAME OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang