[33] SEBUAH SURAT

3.9K 644 54
                                    

Jangan lupa untuk vote dan coment!

Di sebuah gang sepi, Zico beserta teman-temannya sedang memalak seorang siswa yang hendak lewat di gang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah gang sepi, Zico beserta teman-temannya sedang memalak seorang siswa yang hendak lewat di gang tersebut.

"Lo nggak boleh lewat sebelum lo serahin duit yang lo punya ke gue," ucap Zico, lalu menghisap rokoknya.

"Gue e–enggak punya uang," ucap Dodi, teman sebangku Raskal.

Zico berdecih. "Lo pikir gue percaya?"

Dodi menunduk. Tangannya meremas celana abu-abu yang dikenakannya. Dia hanya memegang uang lima puluh ribu, itu pun harus cukup untuk lima hari. Jika dia memberikannya pada Zico, uangnya akan habis.

"Geledah kantong celananya sama tas dia," titah Zico pada anak buahnya.

Dua orang itu mengangguk. Salah satu diantara mereka memegangi tangan Dodi agar tidak memberontak, sedangkan yang satunya lagi mulai mengeledah kantong celana beserta tas milik Dodi.

"Nggak ada duitnya, Bos."

Plak

Zico menampar pipi Dodi hingga laki-laki itu memalingkan wajahnya ke arah kiri. "Miskin lo!"

"Cupu. Mainnya keroyokan," ucap seseorang yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu.

Zico menoleh ke belakang, menatap Raskal yang lagi-lagi mengganggu kesenangannya.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Zico sinis.

"Ngurus lo, si beban keluarga," jawab Raskal santai.

"Lepasin," titah Raskal pada anak buah Zico yang masih memegangi tangan Dodi agar tidak memberontak.

Melihat anak buah Zico yang tidak menuruti perkataannya membuat Raskal kesal. Satu pukulan melayang di wajah anak buah Zico sehingga refleks melepaskan tangannya dari tubuh Dodi.

Raskal melemparkan sebuah amplop putih pada Zico. "Baca, itu surat dari Papa. Resapi dan hayati, seluruh fasilitas punya lo di sita Papa dalam jangka waktu tertentu."

Zico membaca surat tersebut. Setelah membacanya hingga selesai, Zico meremas surat tersebut dan melemparkannya ke tempat sampah.

"Sial," umpat Zico. Seluruh fasilitasnya benar-benar di sita. Di dalam surat tersebut, alasan semua fasilitasnya di sita karena ia kemarin menghajar salah satu adik kelas hingga masuk rumah sakit.

Raskal merangkul bahu Dodi, lalu mereka berjalan beriringan meninggalkan Zico dan anak buahnya. Dodi pun hanya pasrah saja mengikuti langkah kaki Raskal.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Raskal melepaskan rangkulannya pada Dodi. Dipikir-pikir, geli juga jika harus merangkul Dodi, si anak nerd yang sialnya cukup pintar di kelasnya.

Dodi menggelengkan kepalanya. "Makasih udah bantuin gue."

"Yoi."

Dodi tidak menyangka, walaupun sifat Raskal seperti bunglon yang selalu berubah-ubah, Raskal adalah laki-laki yang baik. Mau membantunya tanpa pandang bulu.

ANTALEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang