Part 3

7.9K 729 7
                                    


Enjoy this story<3




Jam menunjukkan pukul 5 sore saat Arkan tiba di rumah. Rumah terlihat sepi saat Arkan memasuki rumahnya itu. Mungkin adik-adiknya sedang berada di kamar masing-masing.

Arkan meletakkan makanan yang ia bawa dari cafe untuk makan malam adik-adiknya di atas meja makan.

"MAS! ABANG! ADEK! TURUN SINI! MAKAN DULU! KAKAK BAWA MAKANAN!" Teriak Arkan.

Arta, Arsen dan Arvin turun menuju ke ruang makan dan melihat sang kakak sedang menyiapkan makanan ke atas piring. Mereka pun duduk di kursi masing-masing.

Arkan yang sudah selesai menyiapkan makanan langsung mendongak menatap wajah adik-adiknya. Ia terkejut melihat wajah adik kecilnya penuh lebam.

"Adek." Panggil Arkan. Arvin yang dipanggil mendadak gugup.

"Muka adek kenapa?" Tanya Arkan.


Hening.


"Arvin Drasananta, kakak tanya muka kamu kenapa?" Ucap Arkan tegas.

Arvin hanya menundukkan kepalanya.

"Arta, adek kenapa?" Tanya Arkan pada Arta.

Arta yang mendapat pertanyaan dari kakaknya hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Berantem sama teman sekelasnya,kak." Jawab Arta. Arkan terkejut mendengar itu. Arvin bukan tipe orang yang suka berantem seperti Arsen.

"Apa masalahnya?" Tanya Arkan lagi. Arta dan Arsen menggeleng tak tahu. Memang Arvin belum mau menceritakan inti masalahnya kepada Arta dan Arsen.

Arvin hanya menundukkan kepalanya. Kedua tangannya bertautan dan saling meremat. Matanya berkaca-kaca.

Arkan yang menyadari itu langsung mendekat ke Arvin dan memeluk sang adik sembari mengusap rambutnya pelan. Tangis Arvin pecah saat sang kakak memeluknya.

"Udah hey. Kakak cuma khawatir sama kamu. Maafin kakak bikin kamu takut." Ucap Arkan pelan. Arvin menggelengkan kepalanya.

"Ma-maafin hiks adek hiks." Ucap Arvin. Arkan hanya mengusap rambut Arvin berniat menenangkan.

Setelah tangisannya reda, Arvin menceritakan tentang masalahnya dimana Robin mengejek bahwa Arvin tidak punya orang tua, kekurangan kasih sayang, orang tuanya sudah meninggal atau bahkan orang tuanya sudah cerai dan hidup masing-masing sehingga menelantarkan anaknya.

Arkan yang mendengar itu pun hatinya langsung mencelos. Sebegitu buruknya dampak kesibukan orang tuanya kepada sang adik. Arta dan Arsen hanya bisa terdiam. Mereka juga merasakan itu. Mereka berempat merasakan hidup tanpa orang tua walau orang tua mereka masih ada. Namun yang paling sedikit merasakan kasih sayang yaitu Arvin. Mereka meninggalkan Arvin saat Arvin berumur 7 tahun.

Arkan merawat adik-adiknya dengan tangannya sendiri terkadang dengan bantuan sang nenek. Tapi sayang, nenek mereka meninggal saat Arkan baru masuk SMA. Orang tua mereka hanya akan pulang 2 atau 3 tahun sekali. Itupun hanya satu minggu lalu pergi lagi meninggalkan anak-anak mereka.





























See you in next chapter<3
Don't forget to vote and comment<3<3

Drasananta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang