Canistopia - XXIII

846 216 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Kereta itu terhenti di sebuah lapangan hijau nan luas dengan gedung berdenah setengah lingkaran yang tinggi bertingkat dengan deretan jendela kaca yang sebagiannya terlihat menyala karena penerangan dari dalam sana. Jalan setapak yang mempertemukan gerbang dengan gedung tersebut dihiasi dengan lampu taman yang berjajar dengan tambahan kunang-kunang yang berterbangan bebas menghiasi suasana malam. Di sana, Damien, berdiam diri tak kunjung melangkahkan kakinya karena kebingungan.

“Apa yang kau lakukan di sana?” tanya Sean membuat semua yang di depannya menoleh sekilas.

“Oh, wow! Ini asrama yang dimaksud?” tanya Damien seraya menyusul dengan berlari kecil.

“Kau belum pernah melihat gedung?” heran Chris.

Damien menggeleng. “Bukan begitu. Maksudku ....”

“Nanti saja. Jangan sekarang,” sela Matt. Damien sejenak terdiam namun tak lama kepalanya mengangguk lagi.

Daves berbalik membuat semua orang mendadak berhenti. “Lantai satu adalah ruangan bersama, seperti ruang makan, ruang belajar dan lain-lain. Ah, juga ruangan pengurus asrama. Untuk siswa pemula, tingkat satu ada di lantai—”

“Setiap tingkatan memiliki jatah masing-masing dua lantai karena kamarnya yang cukup luas dan ada ruang bersantai. Lantai dua dimulai dari asrama siswa tingkat lima, yaitu tingkatan tertinggi dan begitu seterusnya hingga yang teratas adalah asrama siswa tingkat satu,” sela seseorang.

Annoying-Wolf-Brian,” cibir Daves menoleh sekilas pada seseorang yang berdiri di pintu utama gedung.

“Lagi pula kalian akan menghalangi yang lain. Kenapa harus rapat di wilayah akses keluar-masuk?” tanya Brian, lalu ia beralih, “Oh, kuncimu. Kau anak baru, kan?” tanyanya pada Damien seraya memberikan sebuah kartu berwarna hitam legam berlambang setangkai rose merah dengan duri-duri tajam.

“Bagaimana bisa kuncinya ada padamu?” heran Chris.

“Kartunya sudah diformat untukmu saja. Tolong dijaga dengan hati-hati,” ucap Brian pada Damien lagi, kemudian menatap Chris. “Aku pengurus asrama siswa baru sampai mereka ditentukan pengurusnya sendiri. Apa masalahmu?”

Chris menatap malas. “Kenapa kau tidak urus asrama tingkat empat saja?”

“Seharusnya itu kau. Jadi harus kau. Tidak bertanggung jawab sekali serigala berbulu putih yang satu ini.” Brian mendengkus.

“Kau jadi pengurus asrama?” tanya Matt serius.

“Wow.” Mike dan Fred bertepuk tangan ria.

Sean menahan tawa, kemudian ia berdeham untuk melayangkan pertanyaan. “Kenapa tidak kau saja Daves? Kalian satu tingkatan.”

“Ohh, kau tidak tahu, Sean?” tunjuk Brian heboh.

CanistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang