Vol 3 Ch 1 - Perasaan dan Kenalan

29 7 3
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


==============================


"Jadi, Rachel, apa kamu juga merencanakan kejadian ini?"

"Tidak, Dela. Tentu saja tidak." Rachel menolak. "Aku sama sekali tidak merencanakan kejadian ini."

Berkat tangisan Ubara yang kencang, disertai bentakan Rachel dan rengekan Verona, banyak anggota teroris terbangun. Namun, mereka tidak mempermasalahkan kejadian tersebut. Seseorang yang bersedih dan berteriak karena kehilangan keluarga atau kerabat bukanlah hal yang baru. Justru mereka terkejut kejadian ini baru dialami oleh Ubara.

Ketika kejadian seperti ini muncul, prosedurnya adalah semua anggota kembali ke kamar, mengabaikannya. Perwalikan sekaligus ketua, yaitu Arman, bertugas mencari informasi dan memberi update di pagi hari. Ya, seharusnya begitu. Namun, pihak yang bersangkutan sadar kalau hubungannya dengan Ubara tidak cukup baik. Oleh karena itu, perwakilan lain bergerak, yaitu Dela.

Menggantikan Arman, Dela turun ke ruang penyimpanan jenazah. Ketika tiba, dia mendapati Ubara dan Verona tertidur lelap, menggunakan pangkuan Rachel sebagai bantal. Mata mereka berdua terlihat bengkak, bekas menangis.

"Aku hanya ingin Ubara mengidentifikasi pengkhianat sekaligus mencari bukti. Namun, ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan. Jadi, setelah ini, aku tidak akan bergerak lebih jauh sebelum mengonsultasikannya dengan Ubara."

"Di luar dugaan?" Dela menatap Rachel, lalu Ubara dan Verona. "Verona adalah pengkhianat?"

Rachel membeku sejenak.

"Aku sudah bisa menebaknya."

Seperti yang terucap dari mulutnya, Dela sudah bisa menebak hanya dengan melihat Verona yang tertidur. Dia berpikir kalau hanya perasaan bersalah, tanpa partisipasi langsung, tidak mungkin Verona akan menangis hingga terdengar dari atas. Namun, kalau Verona berpartisipasi langsung, tangisannya masuk akal. Kalau berpartisipasi langsung, berarti Verona adalah pengkhianat.

"Yah, setidaknya Ubara sudah tidur." Dela berjongkok, merendahkan badan di depan Rachel. "Setidaknya, kalau sudah tidur, sedikit stres akan hilang. Dan, semoga, dia bisa berpikir dengan lebih jernih."

"Ya, aku setuju."

Rachel memandang Ubara yang tertidur di pangkuan kirinya. Pemandangan Ubara yang bernapas pelan, tenang, memberikan perasaan damai ke Rachel. Dadanya terasa lega ketika melihat laki-laki berambut putih yang selama ini siaga bisa tertidur pulas.

Tentu saja, Dela tidak melewatkan pemandangan di depan matanya. Dan, seperti sebelumnya, dia mulai membaca ke dalam gestur yang tersaji.

"Chel, kelihatannya kamu sudah jatuh hati pada Ubara."

Mata Rachel membelalak, tapi hanya sejenak. Senyum masih mengembang lebar.

"Aku tidak yakin 'jatuh hati' adalah kata yang tepat," Rachel menolak. "Aku melihat Ubara seperti ... entahlah, sosok yang membutuhkan bantuan dan perlindungan? Ya! Ubara yang tampak begitu rapuh, fragile, membuatku merasa harus menjaganya. Perasaan ini seperti ketika melihat anak-anak yang tersakiti? Ya, benar! Seperti itu!"

"Tapi–"

"Tapi kalau menurutmu perasaan yang baru saja aku ucapkan adalah 'jatuh hati', ya sudah. Aku tidak akan menyangkalnya. Terserah kamu juga mau melihatnya bagaimana."

Dela menghela napas dan menggaruk kepala. Dia sangat ingin mengoreksi ucapan Rachel. Namun, dia sudah mengenal sifat perempuan di depannya dengan cukup baik. Rachel bukanlah orang yang memedulikan label dan ucapan orang. Jadi, kalau orang bilang dia jatuh hati pada Ubara, Rachel akan menerimanya. Atau lebih tepatnya, tidak memedulikannya.

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang