Bagian 01 || Mangga Dan Orang Gila

75.8K 5K 88
                                    

Sebelum lanjut membaca, sangat saya harapkan untuk menjaga ketikan. Jangan memberi komentar berupa umpatan ataupun kata yang berunjuk pada pembully-an. Jika di dunia maya saja kalian bisa melakukannya, bagaimana dengan dunia nyata?

Jangan nilai tokoh dengan satu sudut pandang, karena tiap tokoh mempunyai konflik masing-masing.

Baca hingga selesai, dan lihat dari semua sudut pandang tokoh. Barulah bisa menyimpulkan.

***

Sudah satu minggu sejak peristiwa jatuhnya Nawa dari ranjang, sekarang ia sudah membaik. Tentu saja, Arsha dengan repot harus meminta tolong pelayan untuk memanggilkan tukang urut malam itu juga.

Kini, gadis dengan dres panjang hingga mata kaki itu sedang berjalan-jalan sendiri di sekitaran kompleks. Matanya menatap segerombolan anak kecil yang sedang bermain kelereng di bawah pohon mangga, segera ia menghampirinya.

"Assalamualaikum, adik-adik." tak lupa senyum manis yang terpatri, memperlihatkan gingsulnya.

"Waalaikumussalam, Kak," jawab serentak mereka semua.

"Ada apa, ya, Kak?" tanya salah satu bocah laki-laki, umurnya mungkin sekitar sepuluh tahun.

"Em, kakak boleh minta mangganya gak?" tanya Nawa menatap berbinar buah mangga yang montok dan segar.

Semua anak-anak itu terdiam, menatap satu sama lain. Mereka berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan. Setelah itu, semuanya tersenyum manis kepada Nawa.

"Boleh kok, Kak," ucap semuanya serentak.

"Waah, makasih ya," tampak wajahnya berseri-seri, bak orang yang menang lotre.

"Iya kak. Kalau gitu, kita tinggal ya." Mereka tampak mengumpulkan biji kelereng, dan bergegas dari sana.

"Iya." Nawa sudah bersiap, mengambil ancang-ancang untuk memanjat pohon mangga itu.

Hap!

"Yes! Dapet," ucapnya dengan senyum lebar.

Nawa menjatuhkan tiga buah mangga. Saat ingin meraih salah satu buah mangga lagi, tiba-tiba ada yang berseru.

"Heh, siape lu?!"

"Maling mangga gue, ya lu?!" tampak seorang pria paruh baya, berumur sekitar kepala lima, berbadan agak gempal berlari menghampiri Nawa, ah, tak lupa dengan sapu lidi di tangannya.

"Dasar, maling!"

"Turun, kagak lu!"

Mati, aku,’ ucapnya dalam hati.

'Berarti tu para bocah, bohongin aku.' Wajahnya tampak pias, buru-buru ia meloncat langsung dari dahan pohon, melewati pagar, hendak melarikan diri.

Sial! Dresnya tersangkut.

Ditariknya pakaian yang menyangkut di pagar besi itu, dan berlari dengan kaki tidak beralas. Sendalnya tertinggal di bawah pohon mangga tadi, begitupun mangganya. Kurang apes apa lagi coba?

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now