WOOZI

451 21 0
                                    

Hari ini entah kenapa aku tidak ingin melakukan apapun seharian. Mood swing yang kualami ini sangat membuatku bingung sendiri. Terkadang ingin marah, tiba-tiba ingin menangis, atau juga ingin tertawa sesuka hatiku.

"(Y/N), ayo turun. Ada tamu mencarimu." Aku menatap malas eomma yang tiba-tiba membuka pintu kamarku.

"Aku malas eomma. Memang siapa tamunya?" Aku masih menatap eomma yang sedang bersandar pada pintu kamar dengan tangan yang disilangkan didepan dada.

"Lihat saja sendiri." Aku mendengus kesal. Dengan jalan gontai aku menuju tangga. Kulihat dari tangga ada seorang lelaki yang sedang menungguku.

"Jihoon?" Ia menoleh kala aku memanggilnya.

"Kenapa kemari tiba-tiba?" Ucapku saat sudah duduk disampingnya sambil bersandar pada sofa.

"Apa tidak boleh? Kalau begitu aku pulang saja. Kita tidak jadi jalan-jalan." Aku langsung meloncat dari sofa dan menahan tangannya walaupun dia hanya berdiri.

"Tunggu disini." Ia terkekeh saat aku berlari menuju kamarku. Dengan cepat aku mengganti pakaianku dan memakai sedikit make up diwajahku agar tidak terlihat pucat.

"Ayo cepat. Eomma kita pergi dulu." Aku berteriak pada eomma sambil menarik tangan Jihoon menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. Sedangkan eomma balas berteriak padaku dan Jihoon.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam memandangi pemandangan dari jendela tanpa berbicara pada Jihoon.

"Kenapa tidak bicara?" Ucapnya masih menatap jalanan didepannya.

"Hanya malas saja."

"Apa aku membuat kesalahan padamu?" Dari pantulan jendela dapat kulihat dia melirikku sekilas.

"Tidak." Dia tidak menjawabku lagi. Mungkin dia tahu jika aku sangat malas berbicara saat ini.

"Mau kemana kita?" Tanyaku setelah keheningan yang cukup lama diantara kami.

"Tempat favoritmu."

"Apa? Pantai?" Ia menggeleng.

"Taman bermain?" Ia menggelengkan kepalanya lagi.

"Coba tebak lagi."

"Hmm.. taman bunga?" Tebakku.

"Yup! Kau benar. Kita ke taman bunga favoritmu. " Ia mengusap tanganku.

Aku hanya tersenyum lalu memandang jalanan yang cerah di depan. Aku membulatkan mataku ketika melihat kelopak bunga yang berguguran. Jihoon yang tahu aku suka melihat bunga-bunga yang berjatuhan membuka jendela mobilnya.

"Wah segarnya.."

Aku memejamkam mataku menghadap jendela merasakan hembusan angin yang sejuk diwajahku. Aku menangkap sebuah bunga kecil yang terbang ke arahku dan menunjukkannya pada Jihoon.

"Jihoon-ah lihat. Aku menemukan bunga yang masih utuh." Ia melihat bunga ditanganku sekilas dan tersenyum.

"Yeppeune. Sepertimu." Aku hanya tersenyum mendengarnya.

Jiwa usilku tiba-tiba muncul. Aku menyelipkan bunga yang kutangkap tadi ke sela-sela telinga dan rambutnya.

"Hahahaha... kau terlihat cantik dan imut Jihoon-ah." Ucapku sambil tertawa dan mencubit pipinya sebelah.

"Aish. Sudah kukatakan jangan panggil aku cantik atau imut (Y/N)-ah. Aku bukan perempuan ataupun bayi." Bahkan marahnya pun lucu. Bagaimana aku bisa tidak memanggilnya imut jika begini.

"Tapi kau memang imut Jihoon-ah. Wajahmu itu sangat menggemaskan. Bayi pun kalah dengan keimutanmu." Aku tetap mencubit pelan pipinya.

"Aish. Ya, ya, terserahmu." Aku terkekeh lalu kembali menghadap jendela.

SEVENTEEN IMAGINES STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang