30. Kita ini apa?

6.9K 498 29
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Kak! Tunggu..."

Hanin kesusahan mengikuti langkah kaki Rega yang lebar, genggaman tangannya begitu erat. Setelah kejadian di toilet tadi, Hanin sudah tidak punya tenaga lagi untuk melawan. Nasib anak perawan yang hanya pernah di jamah oleh satu orang. Dan kali ini masih orang yang sama. Sepertinya Rega memang sengaja membuat otaknya blank, agar laki-laki itu bisa berbuat seenaknya. Termasuk dengan menyeretnya kembali ke meja di mana Praja berada. Hanin hanya bisa menunduk di belakang Rega yang sudah berdiri di hadapan Praja, terlalu malu untuk sekedar menatap ke arah laki-laki itu.

Rega mengambil slingbag Hanin di kursi yang tadi dia duduki, lalu menatap Praja dengan tenang. "Nggak usah ngeliatin dia sampe segitunya, mau gue colok mata lo?!"

Sontak Hanin langsung mengangkat wajahnya, menatap Rega dan Praja dengan bingung. Apalagi melihat reaksi Praja yang malah tertawa geli. Sama sekali tidak mencerminkan dua orang yang baru kenal.

"Ew! Posesif!" Praja menampilkan ekspresi jijik yang di buat-buat. Dengan santai Praja menyilangkan tangannya di dada, kembali menatap Hanin sambil tersenyum geli.

"Nggak heran sih, lo lebih milih ngelepasin Laras buat dedek gemes ini." Ujar Praja santai. Lalu tersenyum menggoda ke arah Hanin, "If he's making trouble, you can call me." Ujar Praja seraya mengedipkan sebelah matanya dengan cara yang sanggup melemahkan iman para kaum hawa.

Meskipun bingung dan belum bisa mencerna situasi yang ada, wajah Hanin tetap saja memerah karena ucapan dan perlakuan laki-laki bertatto itu.

Ada apa ini?
Apa mereka saling kenal?
Kenapa Praja bisa tau Laras? Dan apa maksudnya dengan melepas Laras?
Jadi...

Sibuk dengan pikirannya, Hanin kembali tersadar saat Rega lagi-lagi menyeretnya pergi. Hanin menoleh ke arah Praja, memasang wajah penuh penyesalannya karena merasa tidak enak harus meninggalkan laki-laki itu di tengah-tengah acara makan malam mereka. Apalagi kepergiannya ini juga bisa di bilang penuh drama. Hanin persis seperti perempuan yang kedapatan selingkuh dan di seret pulang oleh kekasihnya. Pokoknya disini Hanin lah yang paling di rugikan. Hanin benar-benar malu.

Begitu keduanya sampai di parkiran di samping mobil Rega, sekuat tenaga Hanin melepaskan tangannya dari genggaman laki-laki itu.

"Aku nggak akan pergi dari sini." Ujar Hanin geram.

Siapa sangka jika Rega akan langsung berbalik dan menghardiknya, "Kenapa?! Kamu mau balik ke dalam dan nemuin bajingan itu lagi?!"

Hanin sempat tersentak kaget, namun perempuan itu dengan cepat merubah ekspresinya. Tidak ingin terlihat kalah kali ini. Sejak dulu dia selalu kalah dengan apapun yang berhubungan dengan Rega.

Lovestory - Patah hati terhebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang